Postingan ini merupakan Kelanjutan dari postingan sebelumya, seperti yang sudah kita ketahui saat ini para peminat Kepiting Bakau
semakin hari kian semakin Bertambah, sedangkan para konsumen yang
meminati kepiting ini juga semakin banyak baik dari dalam negeri Maupun
Luar negeri.............Kurangnya pengetahuan terhadap Tehnik budidaya
kepiting Bakau-Soka dapat memperlambat produksi dari jumlah yang ada
terutama di pasaran, sehingga jika penangkapan dari alam, yang
kesinambungan dan volume produksinya tidak dapat diandalkan, bahkan juga
dapat di khawatirkan Habitat dan Regenerasi Kepiting Bakau akan menjadi
Berkurang, ini juga pernah disampaikan sahabat saya Dalam Dunia Bloger
Seperti catatan si OBOY,
Khususnya untuk Daerah Tarakan. Oleh karena itu sudah saatnya
diusahakan secara lebih rasional yaitu melalui system budidaya.
Tehnologi budidaya kepiting bakau
itu telah diperkenalkan dan dipraktekkan di banyak negara seperti
Jepang, Australia, China, India, Sri Langka, Philippina, Malaysia, dan
tentu saja Indonesia. Khususnya di Negara kita sendiri, usaha ini masih
bersifat kecil-kecilan dan tidak berkesinambungan karena kendala sumber benihnya mengingat di Indonesia belum ada yang mendirikan usaha Panti Pembenihan Kepiting.
Budidaya kepiting dapat dikembangkan melalui beberapa jenis usaha , selain Pembenihan , yaitu :
- Pembesaran dari benih menjadi kepiting ukuran konsumsi ;
- Penggemukan yaitu memelihara kepiting hasil tangkapan dari alam yang beratnya dibawah standar menjadi ukuran konsumsi ;
- Produksi kepiting cangkang lunak
yaitu memelihara kepiting yang sudah berukuran konsumsi tetapi
bercangkang keras menjadi bercangkang lunak saat ganti kulit;
- Produksi kepiting betina yang mengandung telur (matang gonad.).
Tujuan utama dari Budidaya kepiting
ialah agar harga jualnya lebih tinggi , sehingga meningkatkan
penghasilan nelayan penangkap kepiting. Apabila produk dari budidaya itu
dapat meningkatkan ekspor tentu akan menaikkan devisa Negara.
A. Lokasi Budidaya Kepiting
Daerah
yang cocok untuk lokasi budidaya kepiting ialah tambak yang bisa
untuk budidaya bandeng dan udang. Tambak yang dasarnya berlumpur lebih
cocok untuk kepiting. Kadar garam airnya yang optimal berkisar 10-25
ppt . Sifat air lainnya yang cocok adalah : suhu 28-33 oC , pH 7,5 -8,5
dan DO lebih dari 5 ppm.
B. Benih kepiting
Terus
terang saja Selama ini dihasilkan dari penangkapan. ukurannya sangat
bervariasi. Anakan kepiting yang berukuran berat 30-50 gram dijadikan
benih untuk budidaya unit pembesaran .
Kepiting
tangkapan yang ukurannya 150-200 gram menjadi benih untuk unit
Penggemukan, terdiri dari kepiting jantan dan betina. Kepiting ukuran
itu juga dijadikan benih untuk unit produksi cangkang lunak dan juga
unit produksi kepiting bertelur, (betina saja.).
Benih
kepiting untuk dibesarkan di lokasi lain, diangkut dengan cara yang
sama seperti mengangkut kepiting untuk konsumsi. Yaiut diikat
capit-capitnya dengan tali , lalu digantungkan terbalik didalam bak atau
ember yang diisi air payau. Pedagang biasanya membuat bak untuk
penagngkut itu ukuran garis tengah 50 cm. Dapat juga dibuat dari fiber
glass berbentuk kotak ukuran 50 x 50 cm , dalam 60 cm.
Bak
ukuran itu dapat memuat 150-200 ekor kepiting kecil-kecil berat 20-50
gram/ekor. Selama diangkut, kepiting direndam dalam air payau 10-25 ppt.
Pengangkutan selama 7-8 jam , mortalitasnya berkisar 0 -40 %.
(Gunarto,1989 dalam Cholik,1991).
Seperti
telah di dokumentasikan oleh Cholik & Hanafi, 1991, Tehnik
budidaya kepiting yang dipraktekkan diberbagai daerah di Indonesia,
dideskripsikan dibawah ini.
1. Wadah
Wadah
untuk memlihara kepiting pembesaran, penggemukan , kepiting bertelur
maupun kepiting cangkang lunak, diberbagai daerah dikembangkan sendiri
oleh para petani dan nelayan tradisional secara sederhana, disesuaikan
dengan kemampuan dan lokasi yang memungkinkan.
1.1. Kotak dari bambu
Wadah
penggemukan itu kebanyakan dibuat dari bambu ukuran kotak 2 x 0,5 x 0,2
m .Terbagi menjadi 2 bagian ( lihat gambar). Yang masing-bagian diberi
tutup. Ruangan kotak itu disekat-sekat menjadi kotak-kotak kecil
masing- masing 30 cm2. cukup untuk diisi dengan 1 ekor kepiting di
setiap kotak tersebut. Wadah seperti ini digunakan oleh para nelayan di
Cilacap (Jawa Tengah ) dan juga di Bone (Sulawesi Selatan), untuk
memelihara kepiting bertelur.
1.2. Kotak plastik
Wadah
yang mungkin digunakan juga ialah kotak dari plastic ukuran 60 x 40 x
20 cm. Kotak ini juga di beri sekat-sekat menjadi 9 ruang masing-masing
untuk 1 ekor kepiting.
Sistem
kotak kecil ( disebut sistem baterei pada kandang ayam!) , ini berarti
sangat hemat ruang atau padat penebaran tinggi ,yaitu 40 ekor kepiting
per-M2.
Dengan
system ini mortalitas hanya 5 % atau kurang, karena kepiting tidak
dapat saling menyerang atau memangsa. Menurut Cholik (1991) kematian itu
disebabkan oleh kegagalan pada waktu ganti kulit.
Gambar: 7– Kotak bambu terapung sistem baterei .
1.3. Kotak dari jaring (Jaring apung)
Khusus
untuk memelihara kepiting, Jaring apung yang dibuat berukuran kecil,
2,5 x 2,5 x 1 m Bingkai diibagian atas dari papan sedikit agak lebar,
sedemikian rupa sehingga papan bingkai itu menjorok kedalam , dapat
menghalangi kepiting keluar. (lihat gambar : 8 ) dibawah ini. Agar
tidak hanyut terbawa arus, setiap sudut diberi jangkar dengan ikatan
tali, seperti pada gambar itu.
Gambar::8. Kotak Jaring Apung (menurut Cholik dan Hanafi, 1994)
Metoda
pemeliharaan kepiting dilakukan di petak tambak air payau . Petak
luasnya 20 x 50 m = 100 m2, petak tambak itu diberi pintu air 2 buah :
satu untuk pemasukan air dan satu untuk pembuangan. Didalam petak itu
di sekat-sekat menjadi beberapa bagian dengan cara memasang pagar dari
bambu. Setiap bagian ukurannya misalnya 5 m x 10 m . dibagian
sekeliling pagar bambu dibuat lebih dalam berbentuk saluran keliling
(caren ) sedalam 50-60 cm , sedangkan dibagian tengahnya menjadi
pelataran yang dapat terendam air sedalam 30-40 cm. (lihat gambar
dibawah ini.) Metoda ini dapat ditemui di daerah Kamal, dan Tangerang
1.4. Kotak berpagar tanpa caren
Dapat
juga kotak-kotak yang dibuat dengan sekatan pagar bambu di dalam petak
tambak, dibuat tanpa caren . Di dalam kotak-itu di bagian dalam pagar,
dipasang bambu atau gedek 0,5 -1 m dibawah permukaan air, dimana
kepiting dapat berteduh. Seperti di Lukis dibawah ini.. : Gambar: 7
menurut Cholik & Hanafi, 1991.
Gambar:9.Sekat petak tambak dengan pagar bambu.
1.5. Pagar dari jaring dengan pintu air
Pemagaran
tambak dapat juga dipakai jaring yang dipasang tegak menggunakan
tihang-tihang kayu atau bambu. Pintu air juga dipasang saringan dari
kerei bambu , seperti pada gambar: 10, dan tanpa caren dalam pagar itu.
Ditengah diberi pelataran terendam air 40-60 cm dimana kepiting
mendapatkan makanan alami yang tumbuh disitu..
Gambar: 10 Pagar dari jaring berpintu air
Kotak
dengan system pagar itu selain dipasang didalam petak tambak, dapat
juga dipasang pada suatu teluk yang dangkal (lihat gambar: 13). Metoda
ini dijumpai dipraktekkan petani tambak di Sumatera Utara.
2. Metoda Pemeliharaan Kepiting
Telah
diuraikan diatas, bahwa pemeliharaan kepiting dilakukan dengan 4
macam tehnik sesuai dengan tujuan jenis produksinya . Pada bagian ini
diuraikan satu persatu.
2.1. Pembesaran Benih
Yang
paling banyak dilakukan metoda ini yaitu pembesaran kepiting hasil
tangkapan yang masih berukuran kecil ( kurang dari 50 gram) dipelihara
menjadi ukuran yang layak di konsumsi yaitu ukuran lebih besar dari 200
gram . Pembudidayaan ini dilakukan secara tradisional yang bersifat
ekstentif.
2.2. Tempat Pemeliharaan
Tempat
pembesaran ialah tambak yang biasa untuk memelihara bandeng dan udang.
Agar kepiting tidak keluar dari tambak, dibuatlah kurungan atau
sekeliling tanggul tambak dipasang pagar dari bambu yang cukup rapat.
Luas
petak tambak yang dipergunakan untuk memelihara kepiting bervariasi,
tergantung dari kepemilikan petani dan kondisi pengirannya dan juga
aspek keamanan dipertimbangkan. Namun kisaran luas petak antara 100 m2
sampai 0,5 ha. Petakan yang lebih besar lebih sukar di kelola ,
misalnya pengaturan air dan biaya pembuatan pagar akan lebih besar,
sehingga biaya harus disesuaikan pula dengan kemampuan petani.
Padat
penebaran sebaiknya 2 ekor/m2. Derajat kehidupan dipengaruhi oleh
kepatan tebar. Karena kepiting bersifat kanibal, semakin padat resiko
dimangsa oleh sesamanya semakain besar. Percobaan yang dilakukan
menunjukkan bahwa pada padat tebar 1 ekor/m2 derajat kehidupan 77 % ;
kepadatan 3 ekor.m2 sintasan 49% dan kepadatan 5 ekor/m2 sintasan hanya
32 % (Gunarto dan Cholik, 1990). Maka disepakati bahwa kepadatan tebar
sebaiknya 2 ekor/M2 dimana sintasan dapat dicapai 70 % atau mungkin
lebih.
Lama
pemeliharaan 3 bulan , dimana dari benih kepiting berat awal 50 gram
rata-rata , akan menjadi kepiting dengan berat rata-rata 200 – 300
gram. Ukuran yang umum dipasarkan.
2.2.1. Pakan
Pakan
yang diberikan ialah ikan rucah yang harganya murah atau
binatang-binatang pengganggu di tambak seperti ular, belut yang
dipotong-potong kecil-kecil. Di Negara lain seperti Malaysia dan
Philippina , dianjurkan untuk memberi pakan kepiting dengan bahan-bahan
buangan dari penyembelihan hewan ( jerohan) ayam, dan ternak lain.
Banyaknya ransum 3-5 % berat biomassa kepiting 2-3 kali sehari.
Pemberian yang terlalu banyak , pakan akan bersisa dan membusuk dalam
tambak sehingga kurang baik akibatnya bagi kepiting. Karena itu petani
harus mengamati keadaan mutu air tambak, sehingga bila terjadi hal yang
memburuk, dapat dilakukan pergantian air, pada waktu terjadi pasang.
2.2.2. Pemanenan
Pada
system pemeliharaan di tambak dengan pagar bambu itu, cara pemanenan
Secara sederhana yaitu dimulai dengan membuang sebagian air tambak
sampai kedalaman dalam petak 30 cm. Beberapa orang akan turun kedalam
tambak membawa keranjang untuk wadah kepiting yang ditangkap dan
membawa sebatang bambu . Bambu itu di tancapkan pada dasar tambak, lalu
di tangkap oleh kepiting hingga dapat ditangkap dengan tangan saja.
Tetapi cara ini sering menyebabkan capitnya lepas, sehingga harga
jualnya turun.
Penangkapan
secara total biasa dilakukan dengan pengeringan tambak, sehingga
kepiting dapat ditangkap dengan seser, dan yang tersembunyi didalam
lumpur dapat di juga ditangkap dengan seser dari bambu atau pengki untuk
memungkinkan mengeruk lapisan Lumpur tempat kepiting bersembunyi.
2.2.3.
Mengikat Kepiting Kepiting mempunyai capit yang kuat, dan anggota
badannya mudah putus, sedangkan bila anggota badan tidak lengkap, harga
jualnya akan menurun. Karena itu keterampilan cara mengikat kepiting
haruslah dipelajari dengan cermat. Dibawah ini disajikan langkah-langkah
yang harus dilakukan untuk mengikat kepiting hidup dengan cara yang
baik dan benar, agar kepiting tidak putus angota badan dan orang yang
mengikatnya tidak terluka seperti di lukiskankan oleh Rattanachote dan
Dangwatanakul ( 1991).
Gambar: 14 - Mengikat Kepiting (Rattanachote & Dangwatanakul , 1991)
2.3. Penggemukan Kepiting
Penggemukan
kepiting dilakukan menggunakan wadah berupa kotak dari bambu yang di
apungkan d dalam petak tambak. Konstruksi kotak bambu (system) baterai)
seperti dibahas pada buti r : 5.1.Setiap kotak kecil diisi seekor
kepiting.
Dengan
system kotak-kotak kecil ini, sangat hemat dalam pemakaian ruang ,
dimana jumlah yang dipelihara 40 ekor kepiting per- m2. Lama
pemeliharaan penggemukan ini hanya 3-4 minggu. Dari benih awal yang
sudah berukuran 150-200 gram/ekor.
2.4. Produksi kepiting cangkang lunak
Kepiting Bakau Oleh para petani di Jawa Barat, kepiting cangkang lunak disebut kepiting “soka”.
Kepiting
ini mempunyai sifat secara periodik berganti kulit. Sementara kulitnya
lepas, akan diganti dengan kulit baru yang masih lunak untuk beberapa
jam lamanya sebelum menjadi keras kembali. Ketika cangkang lunak itu
kepiting juga berkesempatan untuk tumbuh membesar.
Frekuensi ganti kulit , pada yang masih muda lebih cepat, semakin tua frekuensinya semakin jarang.
Kepiting
yang di pelihara sudah berukuran cukup besar yaitu 150-200 gram /ekor,
dan lama pemeliharaan 2-3 minggu saja. Pergantian kulit ini secara
alami dirangsang oleh faktor alam yaitu saat air pasang tinggi dari
laut masuk . Juga dipengaruhi oleh banyaknya pakan . Karena itu dalam
pemeliharaan kepiting harus diberi pakan dalam jumlah cukup , tidak
boleh kelaparan.
Bila
wadah yang dipergunakan sistem baterei, dimana kepiting seekor
dipelihara dalam satu kotak , sehingga tidak saling memangsa, maka
derajat kehidupan selalu tinggi bahkan tidak ada yang mati.
Wadah
yang digunakan dianjurkan seperti dilukiskan pada butir 5.1. diatas.
Jadi sama dengan wadah untuk tujuan Penggemukan kepiting.
2.5. Produksi kepiting bertelur
Para
konsumen di restoran-restoran internasional, banyak menggemari kepiting
yang mengandung telur. Memang kepiting yang penuh mengandung telur
sangat lezat . Telurnya berwarna merah jingga memenuhi seluruh rongga
dibawah karapas. Harganya menjadi berlipat 3-4 kali dibanding dengan
kepiting yang gemuk tetapi tidak mengandung telur !
Yang
dipelihara untuk ini tentu hanya kepiting berjenis kelamin betina saja,
dan ukurannya sudah mencapai 200 gram atau lebih. Petunjuk untuk
postingan ini telah diterangkan bahwa kepiting betina dapat dipercepat
proses pematangan gonadnya dengan cara diablasi salah satu matanya.
Untuk
jenis produksi ini , sebaiknya digunakan wadah berupa kotak-kotak dari
bambu juga (sistem baterei) dimana seekor kepiting dipelihara di dalam
satu kotak seperti digambar dan dijelaskan pada butir 5.1.
Kepiting
betina yang dipilih untuk dipelihara ialah yang sudah cukup ukurannya (
dewasa) yaitu 200 gram atau lebih. Tidak ada tanda-tanda berpenyakit.
Mula-mula
kepiting betina tsb dipelihara dengan diberi pakan yang bermutu baik
yaitu ikan rucah yang segar , juga cumi-cumi dan kerang-kerangan. Bahan
pakan itu tentu harganya cukup mahal, tetapi harga produksinya juga
mahal, sebagai kepiting bertelur .
Banyaknya
ransum 2-3 % berat tubuh kepiting per-hari. Jenis pakan tsb. cara
pemberiannya dicuci bersih lebih dahulu , lalu dipotong-potong
kecil-kecil agak mudah dimakan oleh kepiting yang memang ukurannya sudah
cukup besar. Pakan ini diberikan selang sehari , mengingat kadang
didaerah tertentu jenis cumi-cumi dan kerang-kerangn tidak selalu mudah
diperoleh dan harganya cukup mahal.
Selain
pakan tersebut diatas, kepiting juga dapat diberi pakan berupa pelet
kering yang biasa diberikan untuk udang ditambak , yaitu pelet udang
klas “grower” (untuk udang yang sedang tumbuh ).Dosis pelet kering itu
2-3 % berat kepiting/hari, yang diberikan 2 kali , pagi dan sore.
Malahan pakan pelet itu dapat diberikan sebagai pakan yang utama setiap
hari. Kepiting ternyata suka makan pelet kering itu. 3 hari setelah
kepiting dipelihara, sehingga sudah cukup beradaptasi, lalu dilakukan
ablasi mata.
Kepiting
dipegang dengan tehnik khusus agar japit dan anggota tubuh lainnya
tidak putus. Biasanya hanya tehnisi yang sudah terampil yang dapat
dengan sempurna melakukannya.
Lalu
satu mata kepiting itu di potong dengan gunting yang lebih dahulu
dipanaskan (dibakar), agar lukanya cepat kering dan tidak mengeluarkan
banyak cairan. Selesai ablasi, kepiting di rendam sementara didalam
ember yang diisi larutan PK 3 ppm agar tidak infeksi. Setelah di
desinfeksi selama 5 menit, kepiting dikembalikan ke dalam kandangnya
/kotaknya . Pemeliharaan selanjutnya , berupa pemberian pakan dan
pengaturan pengairannya agar menjamin kepiting calon induk tsb. hidup
optimal.
Biasanya
setelah 3 hari , telur didalam gonadanya sudah mulai tumbuh dan 7 hari
gonada sudah berkembang penuh. Tandanya dapat dilihat di bagian
belakang tubuhnya di batas antara karapas dengan abdomen yang terlipat
itu , mengembang dan berwarna merah -jingga. Maka kepiting ini harus
segera di panen dan dijual kepada pemesan.
Kepiting
yang bertelur ini sebenarnya merupakan calon induk yang dapat
dipelihara di Panti Pembenihan agar menghasilkan anak-anak kepiting.
Yaitu sebelum di ablasi , lebih dahulu dikawinkan, agar betina ini
mendapat sperma dari pejantannya un tuk fertilisasi telur-telurnya.
Namun karena tujuannya untuk konsumsi di restoran, maka tidak perlu
dikawinkan lebih dahulu.
Hal
yang perlu dijaga oleh setiap petani yang memelihara kepiting, terutama
untuk eksport, haruslah menjaga agar anggota badan (kaki-kaki, japit,
dll) tidak putus. Karena anggota tubuh yang cacat akan menurunkan nilai
jualnya.
Jadi Pada Prinsipnya dalam Usaha Budidaya Kepiting bakau ini, Ada 4 metoda budidaya kepiting menurut Produk yang dihasilkan , yaitu
1. Pembesaran dari benih menjadi kepiting ukuran konsumsi.
2. Penggemukan : kepiting jantan betina agar menjadi lebih gemuk, harga meningkat
3. Produksi kepiting cangkang lunak.
4. Produksi kepiting bertelur.
Lama pemeliharaan, pada no. 1 , 1-2 bulan , tergantung ukuran benih di awal pemeliharaan dan ukuran permintaan pasar/konsumen.
Pada no:2 , hanya 3-4 minggu. Pada no: 3, 3-4 minggu Pada no:4 , 3 minggu sampai 1 bulan.
a. Wadah
pemeliharaan ada beberapa macam. Yang paling baik hasilnya ialah
system Baterei, berupa kotak dari bambu yang disekat-sekat menjadi
kotak-kotak kecil ukuran 30 cm2, masing-masing untuk wadah satu ekor
kepiting. Dengan kotak- kecil ini kepiting lebih aman terhadap
kanibaisme , ketika sedang dalam kondisi ganti kulit. Sehingga wadah
semacam ini menghasilkan derajat kehidupan 95-100%.
b. Wadah
berupa jaring apung, dapt digunakan , dengan ukuran 2,5 x 2,5 x 1 m
dipasang pada perairan umum , diberi jngkar agar tidak terhanyut oleh
arus. Bila dipelihara jantan atau betina saja secara terpisah, akan
dapat mengurangi kanibalisme.
c. Tambak
bekas memlihara udang dan bandeng, dapat di sekat-sekat dengan kerei
bambu yang di tancapkan 20=30 cm kedalam Lumpur agar kepiting tidak
lolos. Di bagian tengah kotak di beri pelataran tanah yang lebih tinggi
, agar kepiting mencari makan. Sedangkan caren keliling yang agak
dalam ( 30-50 cm) kepiting dapat berteduh. Pemeliharaan ini untuk
pembesaran dan /atau penggemukan kepiting. Hasilnya mortalitas
mencapai 10-20 % karena kanibalisme.
d. Pemeliharaan
kepiting didalam pagar (pen culture) dengan pagar bambu itu dapat juga
dipasang pada teluk yang dangkal. Biasanya kepiting sebagai benih
(diawal pemeliharaan sudah cukup besar (100-150 gram) agar menjadi
gemuk sebelum di jual.
e. Wadah
pemeliharaan berupa bak dari semen seperti di dalam Panti Pembenihan
yang biasanya untuk udang, baik untuk memelihara kepiting calon induk
sampai mengandung telur tingkat 2, tetapi tidak sampai memijah. Ini
perlu rangsangan pengembangan telur /gonada dengan cara ablasi mata,
seperti diterangkan pada Materi Pokok 2. Disini hanya dipelihara
kepiting betina saja, pejantan tidak diperlukan karena yang berproduksi
telur hanya yang betina saja. Bila dicampur jantan, malahan bisa
menyebabkan lebih banyak kematian karena kanibalisme.
Budidaya
(pemeliharaan kepiting) kesemuanya memerlukan pemberian pakan yang
harus diberikan secara cermat. Pakan harus mencukupi dosisnya yaitu
5-10 % berat kepiting yang dipelihara seluruhnya ( biomassa) per-hari,
diberikan 2 kali sehari. Pakan harus dari bahan yang mudah didapat dan
harganya tidak mahal, seperti, ikan rucah, kotoran dari penyembelihan
hewan, sisa-sisa makanan dari restoran. Bila harga pakan mahal misalnya
pelet, tentu tidak menguntungkan bagi petani.
Cara
pemanenan kepiting dapat secara serentak (panen total) yaitu
mengeringkan seluruh tambak tempat pemeliharaan kepiting. Atau panen
secara selektif, bial menggunakan system baterei, dimana kepiting yang
bercangkang lunak di panen. Yang lain, dipelihara lebih lanjut sampai
ganti kulitnya.
Cara
panen sebagian (selektif) juga dilakukan untuk kepiting bertelur. Yang
sudah mengandung telur saja yang dipanen. Penanganan kepiting setelah
dipanen haruslah dilakukan secara cermat supaya tidak mematahkan
kaki-kakinya. Kepiting yang cacat, nilai jualnya akan menurun.
Kepiting
yang dipelihara didalam petak tambak yang diberi berpagar, waktu air
surut, air didalam petak juga di surutkan sampai tinggal 20 cm. Ketika
pasang naik, air di masukkan melalui pintu air, kepiting akan berenang
menentang arus air laut yang mengalir masuk. Ini memudahkan pengumpulan
kepiting yang berenang menentang arus air itu. Sifat yang berenang
menentang arus ini disebut “rheotaxis”.
Kepiting
yang ditangkap segera diikat secara sistematik dengan cara ikatan yang
benar agar kaki atau capit tidak patah. Hanya orang yang sudah
terampil melakukan pengikatan yang berhasil mengerjakannya. Karena itu
para peserta kursus harus berlatih mengikat kepiting dengan benar.
Pengangkutan
jarak dekat, sampai 2-3 jam perjalanan, kepiting yang sudah diikat
dengan benar, digantungkan terbalik dimasukan ke dalam kotak, sepanjang
perjalanan harus dipercik dengan air payau, agar tetap basah. Metoda
pengangkutan ini dapat berhasil hidup 90 % atau lebih.
Keterangan
Postingan
ini di maksudkan sebagai bahan pengetahuan teori dasar bagi para
pelaku utama , Pengusaha dan para pemerhati budidaya Kepiting.
Kemungkinan besar para pembaca sama sekali belum pernah belajar yang
mendalam tentang Budidaya Perikanan pada umumnya dan budidaya kepiting
bakau pada khususnya. Namun demikian, para pembaca dan pengguna ini
mempunyai minat yang cukup terhadap budidaya perikanan. Oleh karena itu
Artikel ini sebagai pengetahuan dasar, haruslah di pelajari dan
dipahami secara sungguh-sungguh sebelum yang bersangkutan memulai
melakukan budidaya kepiting bakau. Tanpa mempelajari teori sebagai
dasar, kiranya mustahil, seseorang akan dapat memulai usaha budidaya
kepiting ini.
Juga
setelah pelaku budidaya dan pengusaha, memulai usaha ini, tentu secara
terus menerus mengingat dasar pengetahuan ini dan juga harus mengikuti
perkembangan dan kemajuan tehnologi yang mungkin terjadi dikalangan
para pelaku utama budidaya kepiting yang lain dan para peneliti serta
akademisi yang pasti melakukan penelitian di bidang budidaya kepiting.
Sangat
di anjurkan agar para pelaku budidaya kepiting , mengikuti perkembangan
tehnologi budidaya kepiting yang lebih mutahir, yaitu dengan cara
menyimak tulisan/publikasi baik berupa karya-karya tulis, seminar,
diskusi, maupun publikasi dari media elektronik (inter net) baik
siaran yang bersumber di dalam maupun di luar negeri.
Demikianlah
, petunjuk singkat ini merupakan pengetahuan awal untuk budidaya
kepiting yang merupakan rangkuman dari berbagai hasil penelitian para
peneliti/ cendekiawan bidang perikanan yang publikasinya tersebar di
berbagai perpustakaan, sehingga ini memudahkan para pemula dalam menimba
ilmu khususnya budidaya Kepiting. Semoga Karya tulis ini dapat
bermanfaat untuk perkembangan pembangunan Perikanan khususnya Budidaya
Perikanan , lebih khusus lagi Budidaya
Untuk diketahui sebagai tambahan
Tambahan 1
1. Tubuh
kepiting berkulit/ bercangkang keras terdiri dari zat khitin. Kulit
keras itu menghambat pertumbuhan, karena itu Kepiting secara periodic
berganti kulit, untuk mendapat kesempatan membesarkan tubuhnya. Bentuk
tubuh kepiting tambak dari bagian dorsal (atas) berupa karapas yang
membulat , sedangkan bagian kepala dada dan organ tubuh bagian dalam
seperti alat pencernaan makanan, alat reproduksi , dsb. berada di dalam/
tertutup oleh karapas tsb. Bagian abdomen berupa segitiga terbentuk
dari beberapa ruas , melipat erat dibawah ( bagian ventral) dari
tubuhnya. Kaki jalan ke-1 berbentuk capit yang besar . kaki-kaki jalan
no 2,3,4 berujung runcing berfungsi untuk berjalan; pasangan kaki jalan
nomer 5 , berupa kaki dayung.
2. Pada
kepiting jantan abdomen berbentuk segitiga yang sempit; pada betina
berupa segitiga yang melebar. Pada betina kaki-kaki renang berbulu
sebagai tempat melekatnya telur-telurnya setelah dibuahi, dan yang
sedang dieramkan. Pengeraman telur lamanya 10-12 hari , dilakukan olrh
induk betina.
3. Tempat
hidup atau habitat kepiting bakau ialah wilayah perairan estuaria
yaitu hutan bakau, tambak , saluaran dan sungai sampai laut dekat pantai
yang berair payau. Adapun wilayah penyebarannya meliputi perairan
pantai didaerah Indo-Pasifik, dari pantai timur benua Afrika, sampai
kepulauan Polynesia, dari pulau-pulau di Jepang bagian selatan sampai
pantai utara benua Australia.
4. Kepiting
melakukan perkawinan di perairan estuaria sampai di laut. Telur setelah
dibuahi , ditempelkan pada umbai-umbai (bulu-bulu kaki renang dibawah
abdomen induk betina. Lama pengeraman telur 10-12 hari, menetas menjadi
Pre-zoea yang setelah 30 menit, berubah menjadi Zoea-1 yang hidup
planktonis dan makanannya terdiri fitoplankton : Chaetoceros sp. ,
Tetraselmis sp. dan zooplankton yang ukurannya lebih kecil-kecil :
Brachionus sp. dan nauplii Artemia.. Zoea bermetamorfosa setiap 3-4 hari
untuk ber-turut-turut menjadi Zoea-2, Zoea-3, Zoea-4 dan Zoea -5. Total
lamanya 18-20 hari, berubah menjadi stadia Megalopa. Megalopa berumur
5-7 hari berubah menjadi Crablet , yaitu benih kepiting kecil yang organ
tubuhnya sudah menyerupai kepiting besar. Crablet berganti kulit setiap
4-7 hari berganti kulit dan tumbuh menjadi berukuran lebih besar. Pada
umur 50-70 hari Crablet sudah dapat di jual sebagai benih kepiting untuk
di deder ditempat yang lebih luas.
5. Benih
kepiting yang dihasilkan di Panti Pembenihan berupa stadia Crablet
berukuran 2-5 cm ( pada umur 50-70 hari) untuk di pelihara di tempat
pembesaran hingga bebrapa bulan lamanya menjadi kepiting ukukuran
konsumsi dengan berat 150-200 gram atau lebih. Namun sementara ini,
benih kepiting hasil tangkapan dari alam, telah berukuran berat 30-50
gram . yang juga dijadikan benih dari awal pemeliharaan pembesaran
menjdai kepiting ukuran konsumsi.
Tambahan 2
- Calon
induk dan induk kepiting dapat diperoleh dari hasil penangkapan di
alam. Dengan syarat , anggota badannya utuh tidak ada cacat dan tidak
ada penyakit. Calon induk dan induk kepiting dipelihara didalam
bak-bak didalam Panti Pembenihan.
- Pematangan
gonad dilakukan dengan tehnik ablasi satu mata pada kepiting betina .
Tehnik ablasi ini mendorong mempercepat proses pematangan gonad pada
binatang Krustasea pada umumnya (termasuk udang dan Kepiting). Selain
itu, agar proses pematangan gonad berhasil sempurna, harus juga di
barengi dengan pemberian pakan yang bernilai gizi sesuai dengan
kebutuhan kepiting , dan pengelolaan kualitas air yang sesuai. Telah
diketahui juga bahwa bak pemeliharaan induk harus diberi dasar Lumpur
agar perkembangan gonad menjadi baik ( telur yang dihasilkan banyak dan
kemampuan pertumbuhan larva akan baik).
- Induk
kepiting setelah diablasi dipelihara di dalam bak yang di beri dasar
lapisan Lumpur , kedalaman air 50-80 cm diatas lapisan Lumpur , cukup
aerasi dengan 1 batu aerasi per –m2 . Pakan berupa daging cumi-cumi ,
ikan , kekerangan yang segar dengan dosis ransum 5-10% berat biomassa
per-hari yang diberikan 2 kali pagi dan sore. Untuk kelengkapan gizi,
dapat diberi pelet kering berkualitas seperti untuk induk udang windu (
kadar protein 40%), sebanyak 2-3 % biomassa per-hari dan diberikan 2-3
kali per-minggu.
- Pada
Panti Pembenihan, Zoea-1 sampai Zoea 5 diberi pakan berupa
fitoplankton (Chaetoceros sp . dan Tetraselmis sp.) dan zooplankton
(Brachionus sp. dan nauplii Artemia sp.) semuanya disediakan sebagai
kultur di dalam Panti Pembenihan. Stadia Megalopa ukuran lebih besar
dan bersifat lebih agresif dan kanibal. Agar mengurangi kematian akibat
kanibalsme, bak perlu diberi tempat persembunyian berupa potongan
jaring-jaring bekas atau tali rafiah yang dibuat ikatan dan pemberat
agar tenggelam sampai dasar bak. Megalopa pakan berukuran lebih besar ,
maka diberikan Artemia yang ditetaskan umur 5 hari banyaknya pakan
sekenyangnya. Setelah Megalopa umur 10 -12 hari akan berubah menjadi
Crablet (benih kepiting). Sifatnya hidup didasar (bentik). Pakan
berupa cacahan daging ikan, udang atau kerang yang di blender. Sampai
kenyang. Umur 50-70 hari benih kepiting dapat dijual untuk dipelihara
di pendederan dalam kolam tanah (tambak) atau didalam hapa yang dipasang
di dalam petak tambak.
- Penanggulangan
penyakit diutamakan dengan cara memelihara kebersihan bak dan ruang dan
lingkungan Panti Pembenihan. Penularan dari luar di cegah dengan
pelaksanaan Cara Budidaya yang Baik dan Bio security. Pemakaian anti
biotika telah dilarang penggunaannya karena akan bersifat mengendap
didalam Lumpur dan beberapa menyebabkan kanker pada manusia. Dianjurkan
pemakaian bahan kimia sebagai disinfeksi yaitu merendam benih dan
kepiting yang baru didatangkan dari luar denga larutan PK 2-3 ppm
selama 10-15 menit untuk membunuh organisme pemyakit seperti bacteria,
jamur, protozoa. Atau sebagai disinfektan juga dapat dipakai larutan
formalin 100-200 ppm selam 15-20 menit.
Tambahan 3
1. 4 macam cara budidaya Kepiting dibedakan menurut tujuan produksi yang akan dihasilkan , yaitu :
- Pembesaran : dari benih menjadi kepiting ukuran konsumsi (200gram atau lebih)
- Penggemukan
: kepiting yang masih ukuran cukup besar 100-150 gram, dipelihara 3-4
minggu menjadi kepiting berat 200-300 gram atau lebih, agar harga
jualnya lebih tinggi.
- Produksi
kepiting cangkang lunak (kepiting soka), dari kepiting yang berukuran
sudah besar untuk menjadi kepiting yang baru ganti kulit (berkulit
lunak). Masa pemeliharaan 3-4 minggu.
- Produksi
kepiting bertelur . Kepiting betina berukuran 150-200 gram dipelihara
kira2 1 bulan , dirangsang perkembangan gonadanya dengan cara ablasi
mata, ditunggu 1-2 minggu pasca ablasi agar gonada berkembang . Gonad
yang berkembang dapat dilihat dari celah belakang karapas yang berwarna
merah dan nampak menggembung penuh telur.
2. Wadah pemeliharaan
- Wadah
pemeliharaan ada beberapa macam. Yang paling baik hasilnya ialah
system Baterei , berupa kotak dari bambu yang disekat-sekat menjadi
kotak-kotak kecil ukuran 30 cm2, masing-masing untuk wadah satu ekor
kepiting. Dengan kotak- kecil ini kepiting lebih aman terhadap
kanibaisme, ketika sedang dalam kondisi ganti kulit. Sehingga wadah
semacam ini menghasilkan derajat kehidupan 95-100%.
- Wadah
berupa jaring apung, dapt digunakan, dengan ukuran 2,5 x 2,5 x 1 m
dipasang pada perairan umum, diberi jngkar agar tidak terhanyut oleh
arus. Bila dipelihara jantan atau betina saja secara terpisah, akan
dapat mengurangi kanibalisme.
- Tambak
bekas memlihara udang dan bandeng , dapat di sekat-sekat dengan kerei
bambu yang di tancapkan 20=30 cm kedalam Lumpur agar kepiting tidak
lolos. Di bagian tengah kotak di beri pelataran tanah yang lebih
tinggi, agar kepiting mencari makan. Sedangkan caren keliling yang agak
dalam ( 30-50 cm) kepiting dapat berteduh.
- Pemeliharaan ini untuk pembesaran dan /atau penggemukan kepiting. Hasilnya mortalitas mencapai 10-20 % karena kanibalisme.
- Pemeliharaan
kepiting didalam pagar (pen culture) dengan pagar bambu itu dapat juga
dipasang pada teluk yang dangkal. Biasanya kepiting sebagai benih
(diawal pemeliharaan sudah cukup besar (100-150 gram) agar menjadi
gemuk sebelum di jual.
- Wadah
pemeliharaan berupa bak dari semen seperti di dalam Panti Pembenihan
yang biasanya untuk udang , baik untuk memelihara kepiting calon induk
sampai mengandung telur tingkat 2 , tetapi tidak sampai memijah. Ini
perlu rangsangan pengembangan telur /gonada dengan cara ablasi mata,
seperti diterangkan pada Materi Pokok 2. Disini hanya dipelihara
kepiting betina saja , pejantan tidak diperlukan karena yang
berproduksi telur hanya yang betina saja. Bila dicampur jantan , malahan
bisa menyebabkan lebih banyak kematian karena kanibalisme.
3. Sampai saat ini Bebeapa hal yang Mungkin di lakukan di Indonesia.
Kendalanya ialah kekurangan benih karena belum ada usaha Panti Pembenihan kepiting Bakau
dan selama ini hanya diperoleh dari penangkapan di alam. Juga karena
pakan untuk pembesaran kepiting yang terutama terdiri dari ikan rucah,
tidak selalu mudah diperoleh dan persaingan dengan keperluan konsumsi
lain.
Sumber Referensi:
Kementerian Kelautan dan perikanan
Badan pengembangan sumberdaya Mnusia kelautan dan perikananan
Pusat penyuluhan kelautan dan perikanan