Jumat, 25 Mei 2018

MENGENAL MANGROVE : BRUGUIERA EXARISTATA DING HO

Deskripsi umum : Semak atau pohon yang selalu hijau dengan ketinggian mencapai 10 m. Kulit kayu berwarna abu-abu tua, pangkal batang menonjol, dan memiliki sejumlah besar akar nafas berbentuk lutut.

Daun : Permukaan atas daun berwarna hitam, bagian bawah memiliki bercak-bercak, tepi daun sering tergulung ke dalam. Unit & letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: bulat memanjang. Ujung: meruncing. Ukuran: 5,5-11,5 x 2,5 x4,5 cm.
Daun Bruguiera exaristata Ding Hou
Bunga : Bunga hijau-kekuningan, tepi daun mahkota memiliki rambut berwarna putih dan kemudian akan rontok. Letak: di ketiak daun, menggantung. Formasi: soliter. Daun mahkota: 8-10; panjang 10-13 mm. Kelopak bunga: 8-10; panjang 10-15 mm.
Bunga Bruguiera exaristata Ding Hou
Buah : Hipokotil berbentuk tumpul, silindris agak menggelembung. Ukuran:Hipokotil: panjang 5-7 cm dan diameter 6-8 mm
Buah Bruguiera exaristata Ding Hou
Ekologi : Tumbuh di sepanjang jalur air atau menuju bagian belakang lokasi mangrove. Kadang-kadang ditemukan suatu kelompok yang hanya terdiri dari jenis tersebut. Substrat yang cocok adalah tanah liat dan pasir. Toleran terhadap salinitas yang tinggi. Hipokotil relatif kecil dan mudah tersebar oleh pasang surut atau banjir. Anakan tumbuh tidak baik di bawah lindungan. Bunga dan buah terdapat sepanjang tahun.

Penyebaran : Penyebaran terbatas. Diketahui dari Timor, Irian Jaya Selatan dan Australia Utara.

Kelimpahan : Cukup umum.

Manfaat : Tidak tahu.

Catatan : Pada masa lalu B. sexangula sering dikelirukan dengan jenis ini.


Sumber : Panduan Pengenalan Mangrove Indonesia.2006

PENYAKIT BAKTERIAL PADA IKAN

Bakteri merupakan mikroorganisme yang berukuran sangat kecil. Di lingkungan budidaya biasanya melayang bebas di air, menempel pada jaring, tumbuhan dan binatang air.
Salah satu ikan yang terkena serangan bakteri
Penyebab Penyakit Bakterial :
  • Stress karena kepadatan, mutu pakan dan kondisi air kurang baik
  • Luka akibat infeksi parasit
  • Polusi bahan organik dan sirkulasi air kurang memadai
  • Luka fisik selama pengangkutan

Gejala Klinis Ikan Terserang Penyakit Bakterial :
  • Gerakan ikan lemah
  • Produksi lendir berkurang setelah ikan yang terinfeksi mengeluarkan lendir yang berlebihan
  • Timbul  pendarahan pada tempat infeksi
  • Luka (ulcer) pada tempat infeksi
  • Beberapa bakteri menyebabkan rontok pada insang dan sirip
  • Timbul Ascites (semacam benjolan)
  • Bengkak pada perut dan mengeluarkan cairan kuning darah  (dropsy)
  • Mata menonjol (exophthalmos)

Beberapa jenis penyakit pada ikan yang disebabkan oleh bakteri :

1. Penyakit yang disebabkan oleh Aeromonas hydrophila
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini sangat berbahaya karena  dapat menginfeksi semua jenis ikan air tawar. Infeksi biasanya berkaitan dengan kondisi stress akibat: kepadatan, malnutrisi, penanganan, infeksi parasit, air lewat subur, oksigen rendah, kualitas air yang buruk, fluktuasi suhu air yang ekstrim, dll.

Serangan bersifat akut, dan apabila kondisi lingkungan terus merosot, kematian yang ditimbulkan bisa mencapai 100%

Ikan yang terserang penyakit Aeromonas
Deskripsi umum :
Biasanya diawali dengan luka karena penanganan dan kondisi kualitas air

Gejala klinis :
  • Borok (ulcer)
Ikan yang mengalami borok akibat bakteri Aeromonas













  • Dropsy/kembung
Ikan yang mengalami kembung akibat bakteri Aeromonas












  • Iritasi sirip
Ikan yang mengalami iritasi sirip akibat bakteri Aeromonas







  • Sisik menguak

Pengendalian :
  • Immunostimulan
  • Desinfektan
  • Vaksinasi

2. Penyakit yang disebabkan oleh Edwardsiella ictaluri
Ikan yang terserang bakteri Edwardsiella ictaluri
Gejala Klinis :
  • Tubuh lemah
  • Menggantung di permukaan
  • Gerakan memutar

Pengendalian :
  • Immunostimulan
  • Pengapuran (50-100 gr/m2) pada saat persiapan lahan

3. Penyakit yang disebabkan oleh Streptococcus sp

Ikan yang terkena serangan bakteri Strptococcus sp
Gejala Klinis :

  • Mata menonjol
  • Warna tubuh hitam/melanosis
  • Gerakan memutar

Pengendalian :
  • Immunostimulan
  • Desinfektan Vaksinasi

Sumber : Materi Pelatihan Budidaya Perikanan

Kamis, 24 Mei 2018

SERI ALAT TANGKAP IKAN: “BUBU KUBAH” ALAT TANGKAP KHUSUS RAJUNGAN


Rajungan merupakan jenis kepiting yang memiliki habitat alami hanya di laut. Hewan ini lebih suka tinggal terkubur dibawah pasir atau lumpur. Rajungan akan keluar untuk mencari makan berupa organisme seperti ikan dan alga selama pasang tinggi. Berbeda dengan kepiting, rajungan tidak dapat bertahan untuk waktu yang lama jika keluar dari air. Rajungan sangat populer dimanfaatkan sebagai sumber pangan dengan harga yang cukup mahal. 

Penangkapan rajungan dengan menggunakan alat tangkap bubu telah banyak digunakan mulai dari skala kecil, menengah hingga skala besar. Salah satu bubu yang khusus untuk menangkap rajungan adalah bubu kubah. Bubu berbentuk kubah ini dirancang untuk memudahkan penyesuaian daerah pengperasian mulai perairan yang dangkal hingga lebih dalam agar memperoleh ukuran rajungan yang layak ditangkap. Hasil rancangan bubu kubah ini, ketika penurunan pada perairan yang lebih dalam dapat stabil dan ketika pengangkatan bubu dirasakan beban penarikan tali utama menjadi lebih ringan. Selain itu proses penangkapan rajungan dalam kondisi utuh dan dalam keadaan segar sehingga memiliki daya jual tinggi.  

Jenis dan Sejarah Perkembangan Bubu Kubah 

Bubu Kubah Pintu Atas Permanen 
Bubu kubah pintu atas permanen merupakan awal dari perekayasaan bubu kubah. Dari konstruksinya, bubu ini membutuhkan ruang yang luas dalam kapal untuk penyimpanannya sehingga kurang efektif dalam pengoperasiannya 


Bubu Kubah Lipat Pintu Atas 
Bubu kubah lipat pintu atas merupakan penyempurnaan dari bubu kubah permanen. Konstruksi bubu yang bisa dilipat menjadikan bubu tersebut tidak membutuhkan ruang yang luas dalam penyimpanannya diatas kapal. Namun, pintu bubu yang terletak diatas menyebabkan hasil tangkapan yang minim, karena sifat rajungan yang cenderung berjalan disbanding berenang dalam pergerakannya mencari mangsa. 

Bubu Kubah Lipat Pintu Samping dengan Dua Pengunci 
Bubu kubah lipat pintu samping dengan dua pengunci mempunyai konstruksi yang lebih baik dibandingkan dengan bubu kubah lipat pintu atas. Keberadaan pintu disamping menjawab permasalahan bubu pintu atas terhadap sifat rajungan. Konstruksi dua pengunci menjadikan bubu ini kuat dan hasil tangkapan menjadi lebih baik dibandingkan dengan bubu pintu atas. 

Bubu Kubah Lipat Pintu Samping dengan Satu Pengunci
Konstruksi dua pengunci pada bubu kubah lipat pintu samping dengan dua pengunci menyebabkan waktu pengoperasian lebih lama dan kurang efektif. Bubu tersebut kemudian disempurnakan dengan satu pengunci ditengah. Konstruksi ini lebih baik dari segi efektifitas waktu pengoperasian, tempat penyimpanan dan hasil tangkapan rajungan 

Bubu Kubah Lipat Pintu Samping Satu Pengunci dengan Lubang Pembuangan By Catch 
Dalam upaya penggunaan bubu yang selektif, bubu kubah lipat pintu samping dengan satu pengunci kemudian disempurnakan dengan memberikan sebuah lubang atau beberapa lubang pelepasan yang berfungsi sebagai jalan keluar bagi rajungan berukuran kecil yang terperangkap kedalam bubu. Bubu jenis ini diharapkan menjadi bubu yang selektif dan ramah lingkungan. 

Sumber : Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan

ALAT TANGKAP TRAWL ( PUKAT HARIMAU )

A.  DEFINISI ALAT TANGKAP
Kata “ trawl “ berasal dari bahasa prancis “ troler “ dari kata “ trailing “ adalah dalam bahasa inggris, mempunyai arti yang bersamaan, dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan kata “tarik “ ataupun “mengelilingi seraya menarik “. Ada yang menterjemahkan “trawl” dengan “jaring tarik” , tapi karena hampir semua jarring dalam operasinya mengalami perlakuan tarik ataupun ditarik , maka selama belum ada ketentuan resmi mengenai peristilahan dari yang berwenang maka digunakan kata” trawl” saja.
Dari kata “ trawl” lahir kata “trawling” yang berarti kerja melakukan operasi penangkapan ikan dengan trawl, dan kata “trawler” yang berarti kapal yang melakukan trawling. Jadi yang dimaksud dengan jarring trawl ( trawl net ) disini adalah suatu jaring kantong yang ditarik di belakang kapal ( baca : kapal dalam keadaan berjalan ) menelusuri permukaan dasar perairan untuk menangkap ikan, udang dan jenis demersal lainnya. Jarring ini juga ada yang menyangkut sebagai “jaring tarik dasar”.
Stern trawl adalah otter trawl yang cara operasionalnya ( penurunan dan pengangkatan ) jaring dilakukan dari bagian belakang ( buritan ) kapal atau kurang lebih demikian. Penangkapan dengan system stern trawl dapat menggunakan baik satu jarring atau lebih.
B.  SEJARAH ALAT TANGKAP
Jaring trawl yang selanjutnya disingkat dengan “trawl” telah mengalami perkembangan pesat di Indonesia sejak awal pelita I. Trawl sebenarnya sudah lama dikenal di Indonesia sejak sebelum Perang Dunia II walaupun masih dalam bentuk (tingkat) percobaan. Percobaan-percobaan tersebut sempat terhenti akibat pecah Perang Dunia II dan baru dilanjutkan sesudah tahun 50-an (periode setelah proklamasi kemerdekaan). Penggunaan jaring trawl dalam tingkat percobaan ini semula dipelopori oleh Yayasan Perikanan Laut, suatu unit pelaksana kerja dibawah naungan Jawatan Perikanan Pusat waktu itu. Percobaan ini semula dilakukan oleh YPL Makassar (1952), kemudian dilanjutkan oleh YPL Surabaya.
Menurut sejarahnya asal mula trawl adalah dari laut tengah dan pada abad ke 16 dimasukkan ke Inggris, Belanda, Prancis, Jerman, dan negara Eropa lainnya. Bentuk trawl waktu itu bukanlah seperti bentuk trawl yang dipakai sekarang yang mana sesuai dengan perkembangannya telah banyak mengalami perubahan-perubahan, tapi semacam trawl yang dalam bahasa Belanda disebut schrol net.
C.      PROSPEKTIF ALAT TANGKAP
Perkembangan teknologi menyebabkan kemajuan- kemajuan pada main gear, auxillary gear dan equipment lainnya. Pendeteksian letak jaring dalam air sehubungandepth swimming layer pada ikan, horizontal opening dan vertical opening dari mulut jaring, estimate catch yang berada pada cod end sehubungan dengan pertambahan beban tarik pada winch, sudut tali kekang pada otter board sehubungan dengan attack angel, perbandingan panjang dan lebar dari otter board, dan lain-lain perlengkapan.
Demikian pula fishing ability dari beberapa trawler yang beroperasi di perbagai perairan di tanah air, double ring shrimp trawler yang beroperasi di perairan kalimantan, irian jaya dan lain-lain sebagainya. Perhitungan recources sehubungan dengan fishing intensity yang akan menyangkut perhitungan- perhitungan yang rumit, konon kabarnya sudah mulai dipikirkan. Semakin banyak segi pandangan, diharapkan perikanan trawl akan sampai pada sesuatu benntuk yang diharapkan.
D.      KONSTRUKSI UMUM
 
Dari segi bentuk (konstruksi) cantrang ini terdiri dari bagian-bagian :
1)      Kantong (Cod End)
Kantong merupakan bagaian dari jarring yang merupakan tempat terkumpulnya hasil tangkapan. Pada ujung kantong diikat dengan tali untuk menjaga agar hasil tangkapan tidak mudah lolos (terlepas).
2)      Badan (Body)
Merupakan bagian terbesar dari jaring, terletak antara sayap dan kantong. Bagian ini berfungsi untuk menghubungkan bagian sayap dan kantong untuk menampung jenis ikan-ikan dasar dan udang sebelum masuk ke dalam kantong. Badan tediri atas bagian-bagian kecil yang ukuran mata jaringnya berbeda-beda.
3)      Sayap (Wing).
Sayap atau kaki adalah bagian jaring yang merupakan sambungan atau perpanjangan badan sampai tali salambar. Fungsi sayap adalah untuk menghadang dan mengarahkan ikan supaya masuk ke dalam kantong.
4) Mulut (Mouth)
Alat cantrang memiliki bibir atas dan bibir bawah yang berkedudukan sama. Pada mulut jaring terdapat:
a.       Pelampung (float): tujuan umum penggunan pelampung adalah untuk memberikan daya apung pada alat tangkap cantrang yang dipasang pada bagian tali ris atas (bibir atas jaring) sehingga mulut jaring dapat terbuka.
b.      Pemberat (Sinker): dipasang pada tali ris bagian bawah dengan tujuan agar bagian-bagian yang dipasangi pemberat ini cepat tenggelam dan tetap berada pada posisinya (dasar perairan) walaupun mendapat pengaruh dari arus.
c.       Tali Ris Atas (Head Rope) : berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian sayap jaring, badan jaring (bagian bibir atas) dan pelampung.
d.      Tali Ris Bawah (Ground Rope) : berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian sayap jaring, bagian badan jaring (bagian bibir bawah) jaring dan pemberat.
5) Tali Penarik (Warp)
Berfungsi untuk menarik jarring selama di operasikan.
E.       JENIS-JENIS TRAWL
Alat tangkap trawl terbagi atas beberapa jenis diantaranya sebagai berikut :
1.      Berdasarkan jumlah kapal
Ø  dengan sebuah kapal
Pada jenis ini, alat tangkap trawl dioperasikan dengan sebuah kapal yang menarik jaring trawl tanpa menggunakan kapal tambahan.
Pada jenis ini alat tangkap trawl dioperasikan oleh dua buah kapal yang berjalan beriringan dengan menarik jaring di dasar perairan. Biasanya kapasitas jaring yang ditarik oleh dua kapal ini memiliki kapasitas yang sangat besar sehingga memerlukan 2 buah kapal penariknya.
2.      Berdasarkan letak jaring didalam air
Ayodhyua pada tahun 1981 membedakan jenis-jenis Trawl berdasarkan letak jaring dalam air menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :
Ø  Surface Trawl (Jaring yang dioperasikan dipermukaan air)
Jaring ditarik dekat permukaan air (Surface Water) yang bertujuan untuk menarik ikan dipermukaan air. Ada beberapa kendala dalam pengoperasiannya, kecepatan menarik jaring harus lebih cepat dari kecepatan ikan berenang, oleh karena itu jenis Trawl ini sebaiknya digunakan untuk menangkap jenis ikan yang lambat berenangnya.
Ø  Mid Water Trawl (jaring yang dioperasikan diantara permukaan dan dasar perairan)
Jaring ditarik pada kedalaman tertentu dengan kecepatan tertentu secara horizontal. Untuk menjaga mulut jaring tetap terbuka, maka kecepatan kapal harus stabil. Di Eropa dan Kanada alat ini digunakan untuk menangkap ikan Herring sedangkan di Jepang masih dalarn taraf penetitian dan percobaan.
di dasar perairan)
Jaring ini banyak digunakan karena dapat menjaring semua jenis ikan, udang dan kerang. Pada kenyataannya sering tertangkap ikan Demersal waktu jaring di angkat ke atas.
Karena jaring dioperasikan di dasar taut, maka pertu diperhatikan beberapa persyaratan agar penangkapan berjalan baik tanpa merusak jaring , diantaranya :
a)        Dasar laut terdiri dari Lumpur dan pasir atau campuran keduanya, bukan berupa   karang
b)        Dasar laut bebas dari bangkai kapal atau benda lain yang dapat merusak jarring
c)        Perbedaan dasar laut tidak terlalu menyolok
d)       Kecepatan arus pasang tidak terlalu besar
e)        Keadaan cuaca tenang (tidak ada angin topan dan gelombang besar)
f)         Perairan mempunyai sumber ikan yang banyak
3.      Berdasarkan Hasil tangkap
Pada pegelompokan berdasarkan hasil tangkapan ini dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu :
Ø  Trawl khusus ikan, yaitu trawl yang dioperasikan khusus menangkap ikan-ikan jenis tertentu saja dan ini biasanya sangat merugikan dan merusak lingkungan Dan juga ikan yang lain yang tidak diambil biasnya di jadikan sebagai penghasilan sampingan bahkan di kapal kapal trawl tertentu ikan yang bukan merupakan komoditas yang dicari akan dibuang.
Ø  Trawl udang, trawl udang adalah  trawl yang  diperuntukan untuk menangkap udang saja dan ikan yang didapat menjadi sampingan bahkan ada pula yang dibuang.
Ø  Trawl Campuran, Pada trawl jenis ini ikan dan udang yang didapat sama sama akan diambil dan dikemas serta di tanganai secara baik. Pada jenis ini penangkapan ikan tidak hanya menunggu satu komuditas saja tetapi juga melihat ikan yang memiliki harga jual tinggi, baik itu udang atau ikan.
F. TEKNIK OPERASIONAL TRAWL ( SETTING DAN HAULING)
1. Kecepatan/lama waktu menarik jaring
Waktu menarik jaring ideal ideal jika jaring dapat ditarik dengan kecepatan yang besar, tapi hal ini sukar untuk mencapainya, karena kita dihadapkan pada beberapa hal, antara lain keadaan terbukanya mulut jaring, apakah jaring berada di air sesuai dengan yang dimaksudkan (bentuk terbukanya), kekuatan kapal untuk menarik (HP), ketahanan air terhadap tahanan air, resistance yang makin membesar sehubungan dengan catch yang makin bertambah, dan lain sebagainya. Faktor-faktor ini berhubungan antara satu dengan yang lainnya dan masing-masing menghendaki syarat tersendiri.
Pada umumnya jaring ditarik dengan kecepatan 3-4 knot. Kecepatan inipun berhubungan pula dengan swemming speed dari ikan, keadaa dasar laut, arus, angin, gelombang dan lain sebagainya, yang setelah mempertimbangkan factor-faktor ini, kecepatan tarik ditentukan .
Lama waktu penarikan di dasarkan kepada pengalaman-pengalaman dan factor yang perlu diperhatikan adalah banyak sedikitnya ikan yang diduga akan tertangkap., pekerjaan di dek, jam kerja crew, dan lain sebagainya. Pada umumnya berkisar sekitar 3-4 jam, dan kadang kala hanya memerlukan waktu 1-2 jam.
2. Panjang Warp
faktor yang perlu diperhatikan adalah depth,sifat dasar perairan (pasir, Lumpur), kecepatan tarik. Biasanya panjang warp sekitar 3-4 kali depth. Pada fishing ground yang depthnya sekitar 9M (depth minimum). Panjang warp sekitar 6-7 kali depth. Jika dasar laut adalah Lumpur, dikuatirkan jaring akan mengeruk lumpu, maka ada baiknya jika warp diperpendek, sebaliknya bagi dasar laut yang terdiri dari pasir keras (kerikil ), adalah baik jika warp diperpanjang.
Pengalaman menunjukkan bahwa pada depth yang sama dari sesuatu Fishing ground adalah lebih baik jika kita menggunakan warp yang agak panjang, daripada menggunakan warp yang terlalu pendek. Hal ini dapat dipikirkan sebagai berikut.bentuk warp pada saat penarikan tidaklah akan lurus, tetapi merupakan suatu garis caternian. Pada setiap titik –titik pada warp akan bekerja gaya- gaya berat pada warp itu sendiri, gaya resistance dari air, gaya tarik dari kapal/ winch, gaya ke samping dari otter boat dan gaya-gaya lainnya. Resultan dari seluruh gaya yang complicataed ini ditularkan ke jaring (head rope and ground rope), dan dari sini gaya-gaya ini mengenai seluruh tubuh jaring. Pada head rope bekerja gaya resistance dari bottom yang berubah-ubah, gaya berat dari catch yang berubah-ubah semakin membesar, dan gaya lain sebagainya.
Gaya tarik kapal bergerak pada warp, beban kerja yang diterima kapal kadangkala menyebabkan gerak kapal yang tidak stabil, demikian pula kapal sendiri terkena oleh gaya-gaya luar (arus, angin, gelombang)
Kita mengharapkan agar mulut jaring terbuka maksimal, bergerak horizontal pada dasar ataupun pada suatu depth tertentu. Gaya tarik yang berubah-ubah, resistance yang berubah-ubah dan lain sebagainya, menyebabkan jaring naik turun ataupun bergerak ke kanan dan kekiri. Rentan yang diakibatkannya haruslah selalu berimbang. Warp terlalu pendek, pada kecepatan lebih besar dari batas tertentu akan menyebabkan jaring bergerak naik ke atas (tidak mencapai dasar), warp terlalu panjang dengan kecepatan dibawah batas tertentu akan menyebabkan jaring mengeruk lumpur. Daya tarik kapal (HP dari winch) diketahui terbatas, oleh sebab itulah diperoleh suatu range dari nilai beban yang optimal. Apa yang terjadi pada saat operasi penarikan, pada hakikatnya adalah merupakan sesuatu keseimbangan dari gaya-gaya yang complicated jika dihitung satu demi satu.
G.      HASIL TANGKAPAN
Yang menjadi tujuan penangkapan pada bottom trawl adalah ikan-kan dasar (bottom fish) ataupun demersal fish. Termasuk juga jenis-jenis udang (shrimp trawl, double ring shrimp trawl) dan juga jenis-jenis kerang. Dikatakan untuk periran laut jawa, komposisi catch antara lain terdiri dari jenis ikan patek, kuniran, pe, manyung, utik, ngangas, bawal, tigawaja, gulamah, kerong-kerong, patik, sumbal, layur, remang, kembung, cumi,kepiting, rajungan, cucut dan lain sebagainya.
Catch yang dominan untuk sesuatu fish ground akan mempengaruhi skala usaha, yang kelanjutannya akan juga menetukan besar kapal dan gear yang akan dioperasikan.
H.      DAERAH PENANGKAPAN
Didalam alat tangkap trawl yang memiliki syarat-syarat fishing ground, antara lain sebagai berikut:
1)      Dasar fishing ground terdiri dari pasir, Lumpur ataupun campuran pasir dan Lumpur.
2)      Kecepatan arus pada mid water tidak besar (dibawah 3 knot) juga kecepatan arus pasang tidak seberapa besar
3)      Kondisi cuaca,laut, (arus, topan, gelombang, dan lain-lain) memungkinkan keamanan operasi
4)      Perubahan milieu oceanografi terhadap mahluk dasar laut relatif kecil dengan perkataan lain kontinuitas recources dijamin untuk diusahakan terus-menerus
5)      Perairan mempunyai daya prokdutifitas yang besar serta recources yang melimpah
I.         HAL YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN TANGKAPAN
Pada saat operasi, dapat terjadi hal-hal yang dapat menggagalkan operasi antara lain :
·      Warp terlalu panjang atau speed terlalu lambat atau juga hal lain maka jaring akan mengeruk Lumpur
·      Jaring tersangkut pada karang / bangkai kapal
·      Jaring atau tali temali tergulung pada screw
·      Warp putus
·      Otterboat tidak bekerja dengan baik, misalnya terbenam pada lmpur pada waktu permulaan penarikan dilakukan
·      Hilang keseimbangan, misalnya otterboat yang sepihak bergerak ke arah pihak yang lainnya lalu tergulung ke jaring
·      Ubur-ubur, kerang-kerangan dan lain-lain penuh masuk ke dalam jaring, hingga cod end tak mungkin diisi ikan lagi.
·      Dan lain sebagainnya.
J.        PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TRAWL
Pemerintah kembali mengizinkan nelayan menggunakan jaring
trawl atau pukat hela. Sebelumnya, melalui Keputusan Presiden
(Keppres) RI Nomor 39/1980 pemerintah melarang jaring trawl karena
bisa membahayakan ekosistem laut. Walau kini diizinkan, jaring trawl
hanya boleh digunakan di kawasan tertentu.
Pemerintah telah mengeluarkan peraturan baru yang
membolehkan penggunaan trawl, yakni Peraturan Menteri (Permen) Nomor
06/Men/2008 tentang penggunaan alat penangkapan ikan pukat hela di
Perairan Kalimantan Timur Bagian Utara, “Jadi jaring trawl boleh digunakan, tapi hanya di daerah tertentu,”