Rabu, 18 Oktober 2017

Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) Kelas Benih Sebar (Ringkasan SNI 01-6140-1999)

BATASAN
Standar ini  meliputi definisi, istilah, klasifikasi dan persyaratan yang berdasarkan persyaratan kualitatif dan kuantitatif serta cara pengukuran dan pemeriksaan. Tubuh berwarna hitam keabu-abuan, bagian perut berwarna terang sampai ungu. Larva ikan nila hitam adalah fase atau tingkatan benih ikan yang masih mengalami perubahan bentuk/morfologi termasuk organ tubuh dan warna serta berumur sampai dengan 7 hari sejak telur menetas. 

PERSYARATAN  
Kualitatif 
1)   Larva : a) asal benih : hasil pemijahan induk kelas induk pokok dengan induk jantan dan induk betina bukan satu keturunan (inbreed); b) warna : hitam. c) bentuk tubuh : normal; d) gerakan/perilaku : bergerak dipermukaan sampai dasar wadah.
2)   Benih : a) asal larva : berumur lebih dari 7 hari, hasil pemijahan induk kelas induk pokok; dengan induk jantan dan induk betina tidak satu keturunan (inbreed); b) warna : bagian perut berwarna putih, bagian punggung berwarna gelap sampai hijau kelabu; c) bentuk tubuh : normal; d) gerakan/perilaku : bergerombol di permukaan tepi wadah dan aktif menyongsong air baru serta ekor bergerak sangat cepat sehingga tidak terlihat jelas gerakannya. 

Kuantitatif 
Persyaratan kuantitatif benih ikan nila kelas benih sebar seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel : Persyaratan kuantitatif benih ikan nila hitam kelas benih sebar

CARA PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN  
1)   Umur  : dihitung sejak telur menetas.
2)   Panjang total : mengukur jarak antara ujung mulut sampai ujung sirip ekor dengan menggunakan alat jangka sorong yang dinyatakan dalam milimeter atau centimeter.
3)   Bobot tubuh : menimbang menggunakan timbangan analitis yang dinyatakan dalam miligram atau gram.
4)   Pengamatan kesehatan ikan : a) pengambilan contoh untuk pemeriksaan dan mengetahui kesehatan ikan dilakukan secara acak dengan mengambil contoh minimal 30 ekor ikan, baik pengamatan secara visual maupun mikroskopis; b) pengamatan visual : dilakukan untuk pemeriksaan ektoparasit dan morfologi; c) pengamatan mikroskopik : dilakukan untuk pemeriksaan jasad patogen (endoparasit, jamur, bakteri dan virus).
5)   Respon : a) dengan mengalirkan air di wadah pemeliharaan atau penampungan, benih yang sehat akan bergerak/berenang melawan arus; b) sangat responsif terhadap pemberian pakan; c) bergerak menyebar dengan cepat bila ada gangguan; d) cara menguji daya tahan dilakukan hanya pada skala laboratorium dengan menggunakan uji tantang (terhadap penyakit/parasit) dan bio-essay (terhadap bahan kimia dan obat-obatan).

REFERENSI
BSN, 1999. SNI 01-6140-1999  Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker)  Kelas Benih Sebar. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
https://www.google.co.id/search

Senin, 16 Oktober 2017

Produksi Ikan Nila (Oreochromis niloticus, Bleeker) Kelas Pembesaran di Karamba Jaring Apung (Ringkasan SNI 01-6495.1-2000)

BATASAN
Standar ini  meliputi istilah dan definisi, persyaratan produksi, cara pengukuran dan penentuan. Standar produksi ikan nila hitam kelas pembesaran dimaksudkan untuk dapat dipergunakan oleh produsen ikan nila, pembesar dan instansi yang memerlukan. Produksi ikan nila kelas pembesaran merupakan suatu rangkaian kegiatan pra produksi, proses produksi dan pemanenan untuk menghasilkan ikan nila hitam ukuran konsumsi.  

PERSYARATAN 
Pra produksi 
1)   Lokasi : terletak di perairan umum, air memenuhi persyaratan minimal kualitas air untuk budidaya, kedalaman air minimal 5 meter dari dasar jaring pada saat surut terendah, kekuatan arus 20 - 40 cm/detik, luas peruntukan areal pemasangan jaring maksimal 10 % dari luas potensi perairan atau 1 % dari luas perairan waktu surut terendah dan jumlah luas jaring maksimal 10 % dari luas areal peruntukan pemasangan jaring. 
2)   Wadah budidaya : a) kerangka : bahan kayu tahan air, bambu atau besi yang dicat anti karat, ukuran 7 x 7 m², bentuk persegi; b) pelampung : bahan stirofom, drum, bentuk silindris, volume 200 liter (0,2 m3), jumlah minimal 8 buah/jaring; c) tali jangkar : bahan polietilen (PE), panjang 1,5 kali kedalaman perairan, jumlah 5 utas/jaring, diameter 0,75 inci; d) jangkar : bahan besi, blok beton, batu, bentuk segi empat, berat minimal 40 kg/buah, jumlah 5 buah/jaring; e) jaring : bahan polietilena (PE 210 D/12), ukuran mata jaring 1 inci, warna hijau, ukuran jaring (7 x 7 x 2,5) m3. 
3)   Benih : sangkal ikan nila kelas benih sebar keturunan pertama dari induk dasar hasil seleksi sesuai SNI 01-6140-1999. 
4)   Pakan buatan : pelet dengan kandungan protein 24 - 28 %. 
5)   Bahan kimia dan obat-obatan : formalin, garam, dapur, biru metilena, kalium permanganat (KmnO4), antibiotika. 
6)   Peralatan : lambit, pembersih jaring, pengukur kualitas air (termometer, piring seki, DO meter, pH meter, dll), peralatan lapangan (timbangan, hapa, waring, ember, alat panen).  

Proses produksi 
1)   Kualitas air :  suhu 25 - 30ÂșC, pH 6,5 - 8,6, oksigen terlarut lebih dari 5 mg/l, ammonia (NH3) kurang dari 0,02 ppm, kecerahan air 0,65 - 0,80 meter, kelimpahan plankton 5.000 - 10.000 individu/ml. 
2)   Padat tebar benih : lihat tabel di bawah. 
3)   Ukuran benih : lihat tabel di bawah.
4)   Waktu pemeliharaan : lihat tabel di bawah ini.
5)   Penggunaan pakan : dosis dan frekwensi pemberian : lihat tabel di bawah.
6)   Penggunaan bahan kimia dan obat-obatan : digunakan dengan cara perendaman atau dicampur melalui pakan. Khusus antibiotika penggunaannya diatur minimal 3 (tiga) minggu sebelum dipanen

Pemanenan 
1)   Sintasan produksi : seperti pada tabel di bawah.
2)   Ukuran ikan konsumsi : seperti pada tabel di bawah. 

Tabel  :  Padat penebaran, ukuran benih dan jumlah pakan produksi ikan nila  kelas pembesaran di karamba jaring apung


CARA PENGUKURAN DAN PENENTUAN 
1)   Suhu : dengan menggunakan termometer, frekuensi pengukuran dilakukan dua kali per hari pada pagi dan sore pada permukaan air dan dasar wadah. 
2)   pH air : dilakukan dengan menggunakan pH meter.
3)   Oksigen terlarut : dengan menggunakan DO meter, frekuensi pengukuran dilakukan dua kali per hari pada pagi dan sore pada permukaan air dan dasar wadah.
4)   Pengukuran NH3 : dengan menggunakan water test kit dan dinyatakan dengan satuan ppm. 
5)   Ketinggian air : dengan mengukur jarak antara dasar wadah pemeliharaan sampai ke permukaan air, menggunakan penggaris dengan satuan centimeter. 
6)   Kecerahan air : dengan menggunakan sechi disk berupa piringan berwarna putih bergaris hitam yang diberi tali dan dimasukkan kedalam air pemeliharaan dan ukuran kecerahan dinyatakan dengan mengukur selisih panjang tali antara pada saat pertama kali sechi disk tidak tampak dengan panjang tali dan tampak jelas kembali pada saat diangkat ke permukaan, dan dinyatakan dalam satuan centimeter. 
7)   Kuat arus : dengan menggunakan current meter. 
8)   Kelimpahan plankton : dengan cara mikrotransek, yaitu mengambil contoh air media kemudian disaring menggunakan plankton-set. Sejumlah air sampel diamati dibawah mikroskopik dan dihitung jumlah individu plankton yang tampak. Kelimpahan plankton dinyatakan dengan jumlah individu per milimeter. 
9)   Kebutuhan pakan : dengan menggunakan berat rata-rata ikan (minimal dari 30 ekor ikan sampel) dikalikan jumlah populasi ikan yang ditanam di kalikan lagi dengan prosentasi pakan yang telah diberikan per hari, dinyatakan dalam satuan gram atau kilogram. 
10) Padat tebar benih : dengan cara menghitung benih ikan hidup pada saat panen dibagi dengan jumlah benih yang ditanam, dinyatakan dalam persen. 
11) Waktu pemeliharaan : dengan mencatat waktu mulai benih ditebar sampai dengan saat panen. 
12) Panjang total : dengan mengukur jarak antara ujung mulut sampai dengan ujung sirip ekor menggunakan jangka sorong atau penggaris yang dinyatakan dalam centimeter atau milimeter. 
13) Pengukuran bobot : dengan menimbang menggunakan analitis yang dinyatakan dalam gram atau miligram. 
14) Sintasan produksi : dengan cara menghitung benih ikan yang hidup pada saat panen dibagi dengan jumlah benih yang ditebar, dinyatakan dalam persen.

REFERENSI
BSN, 2000. SNI 01-6495.1-2000  Produksi Ikan Nila (Oreochromis niloticus, Bleeker) Kelas Pembesaran di Karamba Jaring Apung. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
https://www.google.co.id/search

Jumat, 13 Oktober 2017

Pakan Buatan untuk Ikan Nila (Oreochromis spp) pada Budidaya Intensif (Ringkasan SNI 01-7242-2006)

BATASAN
Standar ini  menetapkan pakan buatan ikan nila pada budidaya intensif yang meliputi klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji dan pengukuran, syarat penandaan dan cara pengemasan pakan buatan. 

SYARAT MUTU 
Syarat mutu pakan ikan nila pada budidaya intensif seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel  :  Syarat mutu pakan ikan nila pada budidaya intensif

CARA PENGAMBILAN CONTOH 
Sesuai dengan SNI 01-2326-1991, Metoda pengambilan contoh produk perikanan.

CARA UJI DAN PENGUKURAN 
Cara uji kimia
1)   Kadar air : sesuai SNI 01-2354.2-2006, Penentuan kadar air pada produk perikanan. 
2)   Kadar abu total : sesuai SNI 01-2354.1-2006, Penentuan kadar abu pada produk perikanan.
3)   Kadar lemak total : sesuai SNI 01-2354.3-2006, Penentuan, kadar lemak total pada produk perikanan.
4)   Kadar protein : sesuai SNI 01-2354.4-2006, Penentuan kadar protein dengan metode total nitrogen pada produk perikanan, 
5)   Kadar serat kasar : sesuai SNI 01-2891-1992, Cara uji makanan dan minuman.
Cara penentuan mikroba
1)   Kadar Salmonella : sesuai SNI 01-2332.2-2006, Penentuan Salmonella pada produk perikanan.
2)   Kandungan aflatoksin : dengan metode analisis aflatoksin terhadap  bahan (makanan kacang tanah, kelapa, dan kelapa hibrida).

Cara pengukuran diameter pakan 
Menggunakan alat mikrometer (milimeter).

Analisis pospor  
Menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 400 nm. 

Kestabilan pakan dalam air  
Diukur dengan menghitung prosentase bobot yang hilang setelah direndam dalam air pada kondisi tertentu.

SYARAT PENANDAAN
Tulisan pada kemasan dalam bahasa Indonesia dengan mencamtumkan : merk dagang, nama produsen, klasifikasi pakan, bobot netto, jenis bahan yang digunakan, jenis bahan yang ditambahkan, kandungan nutrisi, cara penyimpanan, cara penggunaan, bentuk dan sifat fisik, kestabilan dalam air, tanggal kadaluarsa dan kode produksi.

CARA PENGEMASAN 
Dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, aman dalam penyimpanan dan pengangkutan.  

REFERENSI
BSN, 2006. SNI 01-7242-2006  Pakan Buatan untuk Ikan Nila (Oreochromis spp) pada Budidaya Intensif. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
https://www.google.co.id/search

Hama Ikan Dan Penangannya

Sumber penyakit yang sering menyerang ikan di kolam dikelompokkan menjadi 3, yaitu:

  1. Hama,
  2. Parasiter, dan
  3. Non-parasiter.
Hama adalah hewan yang berukuran lebih besar dan mampu menimbulkan gangguan pada ikan, yangterdiri dari predator, kompetitor, dan pencuri. Parasiter adlaah penyakit yangdisebabkan oleh aktifitas organisme parasit, seperti virus, bakteri, jamur, protozoa,dan udang renik. Non-parasiter adalah penyakit yang disebabkan oleh lingkungan,pakan, dan keturunan (Suwarsito dan Mustafidah, 2011).

Parasit adalah organisme yang hodup pada organisme lain dan mendapat keuntungan dari hasil simbiosenya sedangkan inang dirugikan. Parasit memiliki dua siklus hidup yakni suklus hidup langsung (hanya satu inang dan tidak membutuhkan inang antara) dan siklus hidup tidak langsung (memerlukan lebih dari satu inang) kemudian parasit menginvasi dengan cara kontak langsung, infeksi melalui pencernaan, phoresis, penetrasi parasit melalui kulit.

Hama dan penyakit ikan adalah semua mikroorganisme yang secara langsung maupun tidak langsungdapat menginfeksi tubuh ikan sekaligus dapat menimbulkan gangguan kehidupanikan normal sampai dapat menimbulkan kematian (Anshary, 2006).

Dalam pembahasan blog kali ini akan membahas secara khusus mengenai HAMA IKAN.

PENGERTIAN HAMA
Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme,dalam praktik istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan.

Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia. Contohnya adalah organisme yang menjadi vektor penyakit bagi manusia, seperti tikus dan lalat yang membawa berbagai wabah, atau nyamuk yang menjadi vektor malaria (Aulia, 1991).

Hama ikan merupakan masalah yang sering dihadapi peternak ikan. Kerugian yang ditimbulkan akibat serangan itu sangat besar. Berdasarkan pengamatan dan penelitian, munculnya hama karena faktor lingkungan seperti air, tanah dan cuaca yang tidak mendukung pertumbuhan dan kesehatan ikan (Leonardo, 2010).
Hama yang sering menyerang ikan

SIFAT - SIFAT HAMA IKAN
  1. Predator adalah Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa, membunuh dan mempengaruhi produktivitas ikan, baik secara langsung maupun secara bertahap. Selengkapnya silahkan baca disini : 
  2. Kompetitor adalah organisme yang menimbulkan persaingan dalam mendapatkan oksigen, pakan dan ruang gerak. Selengkapnya silahkan baca disini :
  3. Pengganggu adalah organisme atau aktivitas lain diluar ikan budidaya yang keberadaannya dapat mengganggu ikan budidaya. Selengkapnya silahkan baca disini :
PENANGANAN HAMA IKAN SECARA UMUM
Menurut Gusrina (2008) ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah serangan hama terhadap ikan :
  1. Pengeringan dan pengapuran kolam sebelum digunakan. Dalam pengapuran sebaiknya dosis pemakaiannya diperhatikan atau dipatuhi.
  2. Pada pintu pemasukan air dipasang saringan agar hama tidak masuk ke dalamkolam. Saringan air pemasukan ini berguna untuk menghindari masuknya kotoran dan hama ke dalam kolam budidaya.
  3. Secara rutin melakukan pembersihan disekitar kolam pemeliharaan agar hama seperti siput atau trisipan tidak dapat berkembang biak disekitar kolam budidaya. Untuk menghindari adanya hama ikan, dilakukan pemberantasan hama dengan menggunakan bahan kimia. Akan tetapi penggunaan bahan kimia ini harus hati-hati hal ini mengingat pengaruhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Bahan kimia sintetis umumnya sulit mengalami penguraian secara alami, sehingga pengaruhnya (daya racunnya) akan lama dan dapat membunuh ikan yang sedang dipelihara. Oleh karena itu sebaiknya menggunakan bahan pemberantas hama yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti ekstrak akar tuba, biji teh, daun tembakau,dan lain-lain. Bahan ini efektif untuk membunuh hama yang ada dalam kolam dan cepat terurai kembali menjadi netral (Gusrina, 2008).

Sumber : Lathifah. 2015. Hama Ikan dan Pengendaliannya. Universitas Jenderal Soedirman

Kamis, 12 Oktober 2017

Nama Ikan : Predator

PENGERTIAN
Hama ikan yang bersifat predator secara harfiah dirtikan sebagai pemangsa. Pada dasarnya predator adalah binatang yang sifatnya karnivora (pemakan daging) dengan cara memangsaatau menyantap targetnya. Predator sejatinya selalu memiliki ukuran tubuhyanglebih besar dari mangsanya atau jika predatornya berukuran kecil, biasanya memiliki “senjata” yang mematikan seperti bisa, racun dan sejenisnya.

Predator yang berukuran jauh lebih besar dari mangsanya, biasanya memangsa santapan dalam jumlah banyak dan biasanya dilakukan berkali-kali. Predator ini hidup menetap di kolam atau di lingkungan sekitar areal budidaya walaupun ada juga yang sekedar mampir di areal budidaya tersebut dalam rangka mencari makan atau bermigrasi (berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya). Jenisnya dapat berupa ikan yang lebih besar, hewan air jenis lain, hewan darat dan beberapa jenis serangga/insekta air. Contohnya ikan tagih ( Mystus nemurus ), lele (Clarias batrachus), kakap ( Lates calcarifer), bulan-bulan (Megalops cyprinides), ikan gabus atau pemangsa lainnya seperti linsang, ular atau burung (seperti bangau, kuntul, blekok, ibis, burung raja udang, dan sebagainya, anjing, katak pada fase dewasa dan lain-lain.

PENANGANAN HAMA IKAN

1. Yuyu / Kepiting
Yuyu / Kepiting Sawah [sumber]













Penanganannya : Perencanaan kolam, menangkap dan membunuhnya, menaburkan sekam padi pada lubang yuyu.

2. Ikan Gabus
Ikan Gabus [sumber]



















Penanganannya : Pengeringan kolam, pemasangan saringan inlet, penangkapan langsung, meracun ikan gabus pada saat persiapan kolam : akar tuba (rotenone) 10 kg/ha, biji teh (saponin) 150-200 kg/ha, tembakau (nikotin) 200 – 400 kg/ha.

3. Belut dan Ular
Belut Sawah [sumber]



















Penanganannya : Menjaga kebersihan kolam, penembokan pematang, penangkapan langsung, meracun belut/ular pada saat persiapan kolam : akar tuba (rotenone) 10 kg/ha, biji teh (saponin) 150-200 kg/ha, tembakau (nikotin) 200 – 400 kg/ha.

4. Burung Udang
Burung Udang [sumber]



















Penanganannya : Pengawasan kolam, menutup area kolam dengan jaring, memberi penghalang dari pita kaset.

5. Kini - Kini (Larva Capung)
Kini - Kini (Larva Capung) [sumber]



















Penanganannya : Hindari penggunaan pupuk kandang berlebih, memasang saringan pada inlet, penangkapan langsung pada malam (fototaksis positif),  kurangi padat tebar benih, penyemprotan minyak tanah diatas permukaan air

6. Ucrit (Larva Cybister)
Ucrit (Larva Cybister) [sumber]

















Penanganannya : Hindari penggunaan pupuk kandang berlebih, memasang saringan pada inlet, penangkapan langsung pada malam (fototaksis positif),  kurangi padat tebar benih, penyemprotan minyak tanah diatas permukaan air

7. Bebeasan (Notonecta)
Bebeasan [sumber]
















Penanganannya : Hindari penggunaan pupuk kandang berlebih, memasang saringan pada inlet, penangkapan langsung pada malam (fototaksis positif),  kurangi padat tebar benih, penyemprotan minyak tanah diatas permukaan air

Sumber : Materi Pelatihan Penanganan Hama dan Penyakit Ikan BPPP Tegal