Selasa, 28 November 2017

BUDIDAYA IKAN HIAS LIVE BEARER

Ikan hias cukup dikenal oleh masyarakat khususnya dikalangan para hobiis. Perkembangan ikan hias di Indonesia mengalami kemajuan yang terus meningkat, terutama ikan hias air tawar asli Indonesia. Dari sekian banyak jenis ikan hias, tidak semuanya telah dapat dibudidayakan. Setiap jenis ikan memiliki sifat atau kebiasaan hidup masing-masing termasuk dalam hal, misalnya dalam cara pemijahan, bertelur ataupun menyusun sarangnya.

Cara perkembangbiakkan ikan hias ada beberapa macam:
1.Ikan-ikan hias yang beranak.
2.Ikan-ikan hias yang bertelur berserakan.
3.Ikan-ikan hias yang meletakkan telurnya pada suatu subtrat.
4.Ikan-ikan hias yang menetaskan telurnya dalam sarang busa.
5.Ikan-ikan yang mengeramkan telurnya di dalam mulut.

Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai cara-cara pemeliharaan ikan hias yang beranak (live bearer), misalnya:
1.Ikan Guppy (Poecilia reticulata Guppy)
2.Ikan Molly (Poelicia latipinna Sailfin molly)
3.Ikan Platy (Xiphophorus maculatus Platy)
4.Ikan Sword tail (Xiphophorus helleri Sword tail)


CIRI-CIRI INDUK JANTAN DAN BETINA

Induk Jantan
  1. Mempunyai gonopodium (berupa tonjolan dibelakang sirip perut) yang merupakan modifikasi sirip anal yang berupa menjadi sirip yang panjang.
  2. Tubuhnya rampaing.
  3. Warnanya lebih cerah.
  4. Sirip punggung lebih panjang.
  5. Kepalanya besar.

Induk Betina
  1. Dibelakang sirip perut tidak ada gonopodium, tetapi berupa sirip halus.
  2. Tubuhnya gemuk
  3. Warnanya kurang cerah.
  4. Sirip punggung biasa.
  5. Kepalanya agak runcing.
HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PEMELIHARAAN
  1. Air yang diperlukan adalah ari yang cukup mengandung Oksigen (O2) dan jernih.
  2. Suhu air berkisar antara 15 ~ 270C.
  3. pH yang disukai agak sedikit alkalis, yaitu berkisar 7 ~ 8.
  4. Makanan yang diberikan dapat berupa makanan alami (cuk, cacing, kutu air) dan makanan buatan, diberikan secukupnya.
TEKNIK PEMIJAHAN
  1. Pemilihan induk. Pilihlah induk yang berukuran relatif besar, bentuk tubuh yang mengembung serta mempunyai warna yang indah.
  2. Induk-induk yang telah dipilih dimasukkan dalam satu bak untuk beberapa pasang induk. Namun apabila menghendaki keturunan tertentu dapat pula dilakukan dengan cara memisahkan dalam bak tersendiri sepasangsepasang.
  3. Bak-bak pemijahan harus dikontrol setiap hari. Setelah lahir, anak-anak ikan harus cepat-cepat diambil dan dipisahkan dari induknya agar tidak dimakan oleh induknya.

PERAWATAN BENIH
  1. Anak-anak ikan yang baru lahir belum membutuhkan makanan, karena masih mengandung kuning telur (yolk egg). Setelah 4 ~ 5 hari anak ikan baru dapat diberi makanan berupa kutu air yang sudah disaring, atau kuning telur yang telah direbus dan dihancurkan.
  2. Setelah mencapai ukuran medium (2 ~ 3 cm) dapat diberikan makanan cacing, kemudian setelah mencapai ukuran dewasa (5 ~ 7 cm) dapat diberi makanan cuk.
  3. Disamping makanan alami dapat pula diberi makanan tambahan berupa cacing kering, agar-agar dll.
  4. Pemberian makanan sebaiknya 2 kali sehari, hendaknya jangan berlebihan, karena dapat menyebabkan pembusukan yang dapat meerusak kualitas air.
  5. Pergantian air. Air dalam bak atau aquarium jangan sampai kotor/keruh, karena dapat menyebabkan kematian anak ikan. Kotoran dapat dibersihkan setiap 2 ~ 3 hari sekali dengan cara disiphon, air yang terbuang pada waktu penyiphonan sebanyak 10 ~20% dapat diganti dengan air yang baru.
Budidaya ikan live bearer ini sangat mudah dan mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi. Untuk satu pasang ikan dapat menghasilkan 50 sampai 100 ekor ikan untuk satu kali pemijahan. Dengan teknik pemeliharaan yang tepat dan ketekunan yang tinggi akan didapat hasil dengan warna yang sangat indah.

Sumber : Dinas Perikanan Pemerintah DKI Jakarta

TEKNIK PEMBUATAN MAGGOT

Cara Budidaya Maggot Atau Belatung Untuk Pakan Ikan – Sebelum masuk ke cara budidaya maggot/belatung, mari kita terlebih dahulu untuk mengenal apa itu maggot/belatung. Penjelasan arti maggot adalah larva dari lalat yang tumbuh pada bahan organik yang membusuk. Berikut penjelasan lengkap dari wikipedia tentang pengertian maggot/belatung.
Belatung/maggot identik dengan sampah yang kotor. Mereka hidup di tempat-tempat dengan sampah organik. Bukan sampah plastik ya, hehe lalu apa si maggot atau belatung itu?.
Belatung atau bernga/berenga adalah larva dari lalat. Tempayak ini biasa ditemukan pada barang-barang yang membusuk seperti bangkai, buah, atau sayur-mayur yang rusak. Beberapa jenis belatung, seperti belatung lalat buah, bersifat merugikan; namun pada umumnya belatung berguna secara ekologis dalam proses dekomposisi bahan-bahan organik.
Maggot/belatung memiliki kadar protein tinggi yaitu sekitar 43% jika dalam keadaan utuh, sedangkan jika dijadikan pelet kadar protein antara 30-40%.
demikian penjelasan sederhana tentang maggot/belatung, mari kita mulai untuk memproduksi maggot/belatung.
Apa Bahan Utama Produksi Maggot itu?
Ada dua bahan yang dapat kita manfaatkan, yaitu ampas tahu dan makanan sisa seperti (nasi basi, sayuran basi dan lainya).

Senin, 27 November 2017

RAINBOW : IKAN CANTIK NAN EKSOTIK

Ikan Rainbow atau yang sering disebut ikan pelangi, merupakan salah satu ikan air tawar yang berasal dari tanah Papua. Selain warnanya yang cantik, ikan ini memiliki sifat ramah sehingga bisa dicampur dengan jenis ikan lainnya dalam satu akuarium.
Ikan pelangi sebenarnya memiliki beberapa jenis, yaitu :  rainbow bosemani, merah atau glossolepis incises; rainbow neon, frukata, threadfish dan rainblow celebes. Yang berjenis merah bisa ditemukan di daerah Danau Sentani dan beberapa pulau lain di daerah Papua dan negara tetangganya, Papuan Nugini. Pertama kali ditemukan tahun 1908 oleh Weber, rainbow merah juga bersifat pendamai sehingga tepat untuk peliharaan akuarium.
Kualitas air yang diperlukan untuk kehidupan jenis ikan ini yaitu temperatur air 23 - 26 derajat celcius. pH air sebaiknya diatas 7. Jenis ikan ini dapat hidup dan berkembang-biak dalam aquarium maupun bak semen. Ikan ini sudah dapat memijah setelah berumur + 6 bulan dalam ukuran 5 - 7 cm. Makanan yang biasa diberikan dalam pemeliharaan ikan ini yaitu kutu air, cacing rambut atau cuk.

Parameter Ikan Rainbow
Suhu : 22-26 derajat celcius
pH : 7 - 7,8
Oksigen : >4
Jumlah Telur : 150 - 200
Umur Indukan : > 6 bulan

Membedakan jantan dan betina

Ikan akan mulai memijah setelah berumur minimal 6 bulan dengan ukuran sekitar 5-7 cm. selama memijah, rainbow bosemani jantan akan menunjukan warna lebih cerah dengan sirip-sirip agak kemerahan, dibanding betina warnanya sedikit pucat dan tubuhnya lebih kecil hanya lebih gemuk dibagian perutnya.

Persiapan induk
Untuk mendapatkan indukan, peliharalah beberapa ikan rainbow dalam satu kolam semen atau akuarium. setelah ikan matang kelamin sekitar umur 6 bulan. pilih indukan yang berkualitas dan pindahkan ke bak pemijahan dengan perbandingan jantan dan betina 1:1 atau 1:2.

Bak pemijahan
  • Ikan dapat dipijahkan di akuarium, kolam semen maupun bak fiberglass. ukuran akuarium yang digunakan biasanya 80x40x40, sedangkan bak semen bisa memakai ukuran 2x1 meter dengan ketinggian air sekitar 40 cm.
  • jumlah pasangan disesuaikan dengan ukuran bak pemijahan. normalnya, setiap pasang dapat dipijahkan dalam setiap 10 liter air.
  • di dalam bak pemijahan harus diberi tanaman air atau alat peletak telur yang terbuat dari tali rafia.
Pakan
Selama di bak pemijahan, ikan diberi pakan pelet dan beragam pakan hidup seperti artemia, kutu air, dan cacing sutera.

Proses pemijahan
  • Ikan ini biasa memijah di malam hari. kadang tidak diketahui prosesnya, karena biasanya telur sudah berserakan di sekitar tanaman air atau alat peletak telur buatan. oleh karena itu, tanaman air dan alat peletak telur buatan harus sering diperiksa, apakah sudah ada telur-telur di sekitarnya.
  • Bila sudah banyak telur menempel di tanaman air atau alat peletak telur buatan maka induk harus segera dipindahkan ke aquarium lain agar tidak memakan telur-telurnya.
  • telur akan menetas 5 hari setelah pembuahan. anak-anak ikan yang baru menetas masih memiliki kuning telur di perutnya sebagai makanan cadangan selama 4-5 hari.
Pembesaran Benih
  • Benih ikan dapat diberi makan berupa infusoria sampai usia 2 minggu. selama 2 minggu tersebut pakan dapat diselingi dengan emulsi kuning telur. lewat dari 2 minggu, anakan dapat mulai diberi makan kutu air dan cacing sutera. setelah berumur 1 bulan, anakan sudah dapat dibiasakan dengan pakan berupa pelet yang dihaluskan.
  • selama pembesaran benih, prose penyiponan harus dilakukan setiap kali terlihat banyak kotoran di aquarium. saat melakukan penyiponan, aerator harus dimatikan untuk menghindari anakan tersedot keluar.
Sumber : www.alamikan.com

KULTUR PAKAN ALAMI (KUTU AIR/DAPHNIA


Dalam budidaya ikan hias, ketersediaan pakan alami menjadi hal yang sangat penting. Kebutuhan pakan alami akan menjadi sangat krusial khusus pada saat kebutuhan pakan untuk rayak (anakan) ikan meningkat. Umumnya, untuk menyediakan pakan alami untuk burayak/anakan ikan para pembudidaya dapat memperolehnya dengan membeli di kios-kios ikan hias. Akan tetapi apabila pasokan pakan alami tidak bias diandalkan kontinuitasnya maka membiakan/kultur sendiri adalah jalan terbaiknya. Salah satu jenis pakan alami yang sangat mudah untuk dikembangbiakan/kultur sendiri adalah daphnia atau pembudidaya secara umum menyebutnya kutu air.

Persyaratan Hidup
Daphnia hidup pada suhu 18-24oC dengan pH 6,7 - 9,2. Daphnia termasuk makhluk hidup yang bersifat filter feeder atau memperoleh makan dengan cara menyaring organisme yang lebih kecil atau bersel tunggal seperti algae dan jenis protozoa lainnya. Daphnia membutuhkan vitamin dan mineral khususnya kalsium untuk pembentukan cangkangnya. Oleh karena tu dalam media hidupnya sebaiknya disertakan potongan batu kapur atau batu apung dan sejenisnya. Untuk pertumbuhan dan perkembangannya daphnia membutuhkan supply oksigen yang cukup. Kekurangan supply oksigen dapat menyebabkan terbentuknya haemoglobin dimana daphnia akan berwarna merah dan berujung kematian pada daphnia.

Kultur Daphnia
Pada dasarnya kultur daphnia dapat dilakukan pada wadah berupa bak, kolam, bahkan ember sekalipun.

Berikut ini akan disampaikan cara kultur daphnia pada bak tembok:
  1. Siapkan bak berukuran 4 x 3 x 0,5 M.
  2. Keringkan selama 3 hari
  3. Isi air setinggi 30-35 cm
  4. Masukkan 2 ember kecil kotoran ayam yang sudah kering
  5. Tebarkan 0,5 liter bibit (induk) daphnia
  6. Biarkan selama 7—12 hari.
Setelah 7—12 hari umumnya daphnia sudah siap untuk dipanen. Panen dilakukan dengan menggunakan scoppnet halus. Pemanenan dapat dilakukan setiap hari. Agar daphnia dapat berkembang terus, maka sebaiknya dilakukan pemupukan ulang setiap seminggu sekali.

Catatan : Induk daphnia bisa diperoleh di perairan yang banyak mengandung bahan organik seperti sawah dan solokan yang airnya tergenang, atau dapat membelinya di kios-kios penjual ikan hias.


Sumber : benihikanku.blogspot.com

Jumat, 24 November 2017

KEBERLANJUTAN PERIKANAN BUDIDAYA MELALUI STANDARISASI MONITORING LINGKUNGAN DAN RESIDU

Untuk menjamin berjalannya sistem pembangunan perikanan budidaya tersebut diperlukan dukungan pengorganisasian dan pengembangan kompetensi sumber daya yang kuat di tingkat pusat maupun daerah. Pengorganisasian meliputi pengorganisasian di tingkat lembaga/instansi maupun kelompok jabatan fungsional terkait.
Kondisi nyata di lapangan menunjukkan bahwa pengembangan perikanan budidaya sering mengalami kendala. Kendala-kendala yang sering dihadapi dalam pengembangan perikanan budidaya antara lain adanya serangan penyakit ikan, perubahan lingkungan budidaya yang ekstrim, serta produk perikanan budidaya yang dihasilkan tidak memenuhi persyaratan keamanan pangan.
Sebagai gambaran dampak ekonomi yang ditimbulkan, beberapa kejadian penyakit, perubahan lingkungan dan  ditolaknya produk perikanan budidaya yang pernah tercatat adalah sebagai berikut :
1.      Kerugian akibat wabah penyakit
2.      Kerugian akibat faktor lingkungan
3.      Kerugian akibat ditolaknya ekspor produk perikanan budidaya
Berbagai persoalan terkait dengan serangan penyakit, perubahan lingkungan budidaya, obat ikan serta residu berbahaya harus segera diatasi dengan pengambilan kebijakan strategis yang dapat segera dilaksanakan di tingkat lapangan secara berkelanjutan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) adalah dengan meningkatkan peran strategis sumber daya manusia yang ada dalam pengendalian konsistensi mutu obat ikan, hama dan penyakit, lingkungan budidaya, serta residu berbahaya. Apabila pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan tidak dapat dijalankan dengan baik, maka ketersediaan ITORINGsumberdaya alam akuakultur yang sangat besar ini akan menjadi malapetaka di masa depan.
Kegiatan Pengelolaan Kesehatan Ikan dan lingkungan akan tercapai sampai di tingkat teknis yang sangat detail apabila didukung oleh sumber daya manusia yang mempunyai kedudukan, tugas dan fungsi serta jaminan pengembangan karier yang jelas dan terukur. Namun demikian, sampai dengan saat ini belum ada pejabat fungsional yang mempunyai tugas dan fungsi khusus di bidang tersebut di atas, sehingga kegiatan-kegiatan yang terkait dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil dengan latar belakang yang cukup bervariasi, antara lain oleh pejabat struktural, Pejabat Fungsional Pengendali Hama dan Penyakit Ikan (Jabfung PHPI), Perekayasa maupun staf fungsional umum. Akibat langsungnya adalah tidak adanya standar kompetensi yang jelas petugas yang menangani tugas dan fungsi tersebut.
Berdasarkan kondisi yang ada, DJPB mengusulkan terbentuknya sebuah jabatan fungsional baru, yaitu Jabatan Fungsional Pengelolaan Kesehatan Ikan dan Lingkungan (PKIL).  Tugas dan fungsi utama jabatan ini adalah kegiatan-kegiatan yang terkait  dengan pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan, antara lain pengelolaan unit pengelola kesehatan ikan dan lingkungan sesuai standard ISO 17025, pengendalian obat ikan, pelayanan kesehatan ikan dan lingkungan budidaya, survaillans dan monitoring serta penyiapan kebijakan yang terkait dengan kegiatan pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan.
Perikanan budidaya terus didorong untuk meningkatkan kualitas produksinya di samping kuantitasnya, untuk memenuhi kebutuhan pasar. Penekanan pada peningkatan kualitas produksi perikanan budidaya ini selaras dengan di bukanya Pasar Bebas ASEAN (MEA) yang mendorong perlunya peningkatan daya saing, salah satunya dengan kualitas produk yang meningkat dan aman di konsumsi. “Selain produk perikanan budidaya harus bisa memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar, harus di dukung dengan kualitas produk yang mampu bersaing baik di pasar regional maupun pasar global. Untuk itu melalui program pembangunan perikanan budidaya yang mandiri, berdaya saing dan berkelanjutan, kita harus menerapkan system jaminan mutu dan keamanan mutu hasil perikanan budidaya dari hulu sampai hilir proses produksi perikanan budidaya, baik itu melalui penerapan standardisasi system produksi perikanan budidaya, system monitoring lingkungan maupun pengendalian residu”, demikian disampaikan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, pada saat memberikan arahan dalam acara Rapat Koordinasi Standardisasi Perikanan Budidaya, Monitoring Lingkungan Perikanan Budidaya dan Pengendalian Residu di Yogyakarta.
“Persaingan pasar yang semakin terbuka, menuntut kita untuk menghasilkan produk perikanan budidaya yang sesuai standar, baik itu standar system produksi maupun standar mutu hasil perikanan. Standardisasi harus dilakukan di semua lini, baik itu standar pembenihan, standar prasarana dan sarana budidaya, standar produksi maupun standar pakan yang di dukung dengan penerapan standar metode uji di laboratorium, untuk memberikan jaminan keamanan dan jaminan mutu produk perikanan budidaya”, jelas Slamet.
Saat ini, terdapat 250 buah Standar Nasional Indonesia (SNI) bidang perikanan budidaya (lima diantaranya adalah RSNI) yang digunakan sebagai standar untuk mendukung peningkatan produksi perikanan budidaya dalam memasuki persaingan pasar bebas baik di tingkat regional maupun global.
Pengendalian Residu
“Disamping penerapan standardisasi perikanan budidaya, diperlukan upaya lain untuk dapat menghasilkan produk perikanan budidaya yang berkualitas dan aman dikonsumsi, tanpa mengandung residu antibiotik dan bahan kimia yang dilarang yaitu penerapan sistem monitoring residu nasional”, terang Slamet.
Slamet menambahkan bahwa Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya telah berhasil melakukan pengendalian residu dan sekaligus melakukan monitoring penggunaan residu pada usaha budidaya sejak tahun 2013, Indonesia telah dimasukkan oleh Direktorat Jenderal Konsumen dan Kesehatan, European Commission melalui Commission Decision 2011/163/EU, ke dalam daftar negara-negara yang diperbolehkan mengekspor produk perikanan budidaya ke Uni Eropa. Kondisi ini membuktikan bahwa Sistem Monitoring Residu perikanan budidaya Indonesia telah dinilai setara dengan standard Uni Eropa. Hal ini harus terus dipertahankan antara lain melalui koordinasi yang berkelanjutan dan semakin baik diantara pihak terkait (stakeholders), baik di tingkat pusat dan daerah dalam pelaksanaan monitoring residu”, papar Slamet.
Slamet lebih lanjut mengatakan bahwa setelah di terbitkannya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 39 Tahun 2015 tentang Pengendalian Residu Obat Ikan, Bahan Kimia dan Kontaminan pada kegiatan Pembudidayaan Ikan Konsumsi, membuktikan keseriusan pemerintah dalam hal peningkatan jaminan keamanan pangan dan mutu produk perikanan budidaya. “Permen ini menjadi acuan dalam monitoring dan pengendalian residu. Ini harus di terapkan untuk meningkatkan daya saing produk perikanan budidaya, sampai ke tingkat daerah,” kata Slamet.
Monitoring Lingkungan Perikanan Budidaya
Pembangunan perikanan budidaya berbasis lingkungan atau ekosistem terus di kembangkan dan di gulirkan. Dengan memperhatikan lingkungan atau ekosistem, perikanan budidaya akan menjadi tumpuan dalam pengembangan ekonomi daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang sekaligus memperhatikan dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada, agar tetap lestari dan berkelanjutan.
“Untuk mendukung keberlanjutan usaha perikanan budidaya, perlu upaya penerapan pendekatan terhadap lingkungan dalam pengembangan perikanan budidaya atau disebut dengan Ecosystem Approach for Aquaculture (EAA), untuk mengelola perikanan budidaya yang berkelanjutan, bertanggung jawab dan berdasarkan ekosistem di Indonesia. Program Culture Based Fisheries (CBF) juga sangat sesuai dengan EAA. Ini akan kita coba terapkan di beberapa lokasi, sebagai percontohan”, papar Slamet.
Pengelolaan usaha perikanan budidaya di perairan umum perlu dilakukan. “Usaha perikanan budidaya di Karamba Jaring Apung (KJA) di perairan umum, perlu di tata ulang sehingga memberikan hasil yang positif baik dari segi ekonomi maupun lingkungan. Penggunan teknologi pakan yang efisien dan ramah lingkungan harus terus di dorong, sehingga meminimalisir dampak negative bagi lingkungan”, tutur Slamet.
Usaha perikanan budidaya yang memperhatikan keberlanjutan lingkungan akan  menghasilkan keberhasilan usaha. Karena perikanan budidaya tidak bisa terlepas dari kondisi lingkungan baik lingkungan budidaya maupun lingkungan di sekitarnya. “Menteri Kelautan dan Perikanan, Ibu Susi Pudjiastuti, sangat perhatian sekali dengan permasalahan lingkungan ini. Karena ini akan menjadi warisan ke anak cucu kita di masa depan. Dengan membangun perikanan budidaya yang berwawasan lingkungan saat ini, artinya kita juga sedang membangun masa depan”
.
Sumber: http://djpb.kkp.go.id/arsip/c/378/KEBERLANJUTAN-PERIKANAN-BUDIDAYA-MELALUI-STANDARDISASI-MONITORING-LINGKUNGAN-DAN-PENGENDALIAN-RESIDU/?category_id=12

Rabu, 22 November 2017

PARAMETER KUALITAS AIR

Air yang digunakan untuk budidaya udang atau organisme perairan yang lain mempunyai komposisi dan sifat-sifat kimia yang berbeda dan tidak konstan. Komposisi dan sifat-sifat kimia air ini dapat diketahui melalui analisis kimia air. Dengan demikian apabila ada parameter kimia yang keluar dari batas yang telah  ditentukan dapat segera dikendalikan.

Parameter-parameter kimia yang digunakan untuk menganalisis air bagi kepentingan budidaya antara lain :
1. Salinitas
Salinitas dapat didefinisikan sebagai total konsentrasi ion-ion terlarut dalam air. Dalam budidaya perairan, salinitas dinyatakan dalam permil (°/oo) atau ppt (part perthousand) atau gram/liter. Tujuh ion utama yaitu : sodium, potasium, kalium, magnesium, klorida, sulfat dan bikarbonat mempunyai kontribusi besar terhadap besarnya salinitas, sedangkan yang lain dianggap kecil (Boyd, 1990). Sedangkan menurut Davis et al. (2004), ion calsium (Ca), potasium (K), dan magnesium (Mg) merupakan ion yang paling penting dalam menopang tingkat kelulushidupan udang. Salinitas suatu perairan dapat ditentukan dengan menghitung jumlah kadar klor yang ada dalam suatu sampel (klorinitas). Sebagian besar petambak membudidayakan udang dalam air payau (15-30 ppt). Meskipun demikian, udang laut mampu hidup pada salinitas dibawah 2 ppt dan di atas 40 ppt.
Refraktometer adalah alat untuk mengukur salinitas air
2. pH
pH didefinisikan sebagai logaritme negatif dari konsentrasi ion hidrogen [H+] yang mempunyai skala antara 0 sampai 14. pH mengindikasikan apakah air tersebut netral, basa atau asam. Air dengan pH dibawah 7 termasuk asam dan diatas 7 termasuk basa. pH merupakan variabel kualitas air yang dinamis dan berfluktuasi sepanjang hari. Pada perairan umum yang tidak dipengaruhi aktivitas biologis yang tinggi, nilai pH jarang mencapai diatas 8,5, tetapi pada tambak ikan atau udang, pH air dapat mencapai 9 atau lebih (Boyd, 2002). Perubahan pH ini merupakan efek langsung dari fotosintesis yang menggunakan CO2 selama proses tersebut. Karbon dioksida dalam air bereaksi membentuk asam seperti yang terdapat pada persamaan di bawah ini :

CO2 + H2O HCO3 - + H+

Ketika fotosintesis terjadi pada siang hari, CO2 banyak terpakai dalam proses tersebut. Turunnya konsentrasi CO2 akan menurunkan konsentrasi H+ sehingga menaikkan pH air. Sebaliknya pada malam hari semua organisme melakukan respirasi yang menghasilkan CO2 sehingga pH menjadi turun. Fluktuasi pH yang tinggi dapat terjadi jika densitas plankton tinggi. Tambak dengan total alkalinitas yang tinggi mempunyai fluktuasi pH yang lebih rendah dibandingkan dengan tambak yang beralkalinitas rendah. Hal ini disebabkan kemampuan total alkalinitas sebagai buffer atau penyangga (Boyd, 2002).
pH meter merupakan alat untuk mengukur kadar pH air
3. Alkalinitas
Alkalinitas merupakan kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa menurunkan pH larutan. Alkalinitas merupakan buffer terhadap pengaruh pengasaman. Dalam budidaya perairan, alkalinitas dinyatakan dalam mg/l CaCO3. Penyusun utama alkalinitas adalah anion bikarbonat (HC03 -), karbonat (CO3 2- ), hidroksida (OH-) dan juga ion-ion yang jumlahnya kecil seperti borat (BO3 -), fosfat (P04 3-), silikat (SiO4 4-) dan sebagainya (boyd, 1990).
Kertas lakmus dapat digunakan untuk mengukur tingkat alkalinitas air
Peranan penting alkalinitas dalam tambak udang antara lain menekan fluktuasi pH pagi dan siang dan penentu kesuburan alami perairan. Tambak dengan alkalinitas tinggi akan mengalami fluktuasi pH harian yang lebih rendah jika dibandingkan dengan tambak dengan nilai alkalinitas rendah (Boyd, 2002). Menurut Davis et al. (2004), penambahan kapur dapat meningkatkan nilai alkalinitas terutama tambak dengan nilai total alkalinitas dibawah 75 ppm.

4. Oksigen Terlarut (dissolved oxygen)
Oksigen terlarut merupakan variabel kualitas air yang sangat penting dalam budidaya udang. Semua organisme akuatik membutuhkan oksigen terlarut untuk metabolisme. Kelarutan oksigen dalam air tergantung pada suhu dan salinitas. Kelaruran oksigen akan turun jika suhu dan temperatur naik (Boyd, 1990). Hal ini perlu diperhatikan karena dengan adanya kenaikan suhu air, hewan air akan lebih aktif sehingga memerlukan lebih banyak oksigen.

Oksigen masuk dalam air melalui beberapa proses. Oksigen dapat terdifusi secara langsung dari atmosfir setelah terjadi kontak antara permukaan air dengan udara yang mengandung oksigen 21% (Boyd, 1990). Fotosintesis tumbuhan air merupakan sumber utama oksigen terlarut dalam air. Sedangkan dalam budidaya udang, penambahan suplai oksigen dilakukan dengan menggunakan aerator (Hargreaves, 2003).
Siklus oksigen terlarut pada suatu perairan
Pada saat cuaca mendung atau hujan dapat menghambat pertumbuhan fitoplankton karena kekurangan sinar matahari untuk proses fotosintesis. Kondisi ini akan menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut karena oksigen tidak dapat diproduksi sementara organisme akuatik tetap mengkonsumsi oksigen. Keterbatasan sinar matahari menembus badan air dapat juga disebabkan oleh tingginya partikel yang ada dalam kolom air, baik karena bahan organik maupun densitas plankton yang terlalu tinggi. Hal ini dapat menyebabkan terganggunya fotosintesis algae yang ada di dasar tambak (Hargreaves, 1999).

Tingginya kepadatan tebar (stocking density) dan pemberian pakan (feeding rate) dapat menyebabkan turunnya kensentrasi oksigen terlarut dalam air. Sisa pakan (uneaten feed) dan sisa hasil metabolisme mengakibatkan tingginya kebutuhan oksigen untuk menguraikannya (oxygen demand). Kemampuan ekosistem kolam budidaya untuk menguraikan bahan organik terbatas sehingga dapat menyebabkan rendahnya konsentrasi oksigen terlarut dalam air (Boyd, 2004).

5. Biological Oxygen Demand (BOD)
Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik pada kondisi aerobik. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi (Pescod dalam Salmin, 2005).
Biological Oxygen Demand
Waktu yang diperlukan untuk proses oksidasi bahan organik secara sempurna menjadi CO2 dan H2O adalah tidak terbatas. Penghitungan nilai BOD biasanya dilakukan pada hari ke 5 karena pada saat itu persentase reaksi cukup besar, yaitu 70-80% dari nilai BOD total (Sawyer dan MC Carty, 1978 dalam Salmin, 2005).

6. Produktivitas primer
Dalam kolam budidaya, tumbuhan air baik macrophyta maupun plankton merupakan produsen primer sebagai sumber utama bahan organik. Melalui proses fotosintetis, tanaman menggunakan karbon dioksida, air, cahaya matahari dan nutrien untuk menghasilkan bahan organik dan oksigen seperti dalam reaksi :
6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2

Fotosintesis merupakan proses fundamental dalam kolam budidaya. Oksigen terlarut yang diproduksi melalui fotosintesis merupakan sumber utama oksigen bagi semua organisme dalam ekosistem kolam (Howerton, 2001). Glukosa atau bahan organik yang dihasilkan merupakan penyusun utama material organik yang lebih besar dan kompleks. Hewan yang lebih tinggi tingkatannya dalam rantai makanan menggunakan material organik ini baik secara langsung dengan mengkonsumsi tanaman atau mengkonsumsi organisme yang memakan tanaman tersebut (Ghosal et al. 2000).
Siklus fotosintesis pada suatu perairan
Proses biologi lainnya yang sangat penting dalam budidaya perairan adalah respirasi, dengan reaksi :

C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O

Dalam respirasi, bahan organik dioksidasi dengan menghasilkan air, karbon dioksida dan energi. Pada waktu siang hari proses fotosintesis dan respirasi berjalan secara bersama-sama. Pada malam hari hanya proses respirasi yang berlangsung, sehingga konsentrasi oksigen terlarut dalam air turun sedangkan konsentrasi karbon dioksida naik.

Kedua proses tersebut mempunyai pengaruh langsung dalam budidaya perairan. Oksigen terlarut dibutuhkan organisme untuk hidup sedangkan fitoplankton merupakan sumber utama oksigen terlarut disamping sebagai penyusun utama rantai makanan dalam ekosistem kolam budidaya. Salah satu cara untuk menentukan status suatu ekosistem pada sedimen adalah dengan menghitung fotosintesis/respirasi rasio (P/R ratio). Jika P/R ratio lebih kecil dari satu (1) maka sedimen tersebut termasuk heterotropik, dimana karbon lebih banyak digunakan untuk respirasi dibandingkan yang dihasilkan dari fotosintesis. Sedangkan jika P/R ratio lebih besar dari satu (1) menunjukkan sedimen tersebut termasuk autotofik, dimana karbon lebih banyak diproduksi dari pada digunakan untuk respirasi (Eyre dan Ferguson, 2002).

7. Sedimen
Managemen dasar tambak atau sedimen masih kurang diperhatikan jika dibandingkan dengan managemen kualitas air tambak budidaya. Banyak bukti yang mengindikasikan adanya pengaruh yang kuat pertukaran nutrien antara sedimen dengan air terhadap kualitas air (Boyd, 2002).
Kandungan sedimen pada suatu perairan
8. Oxidized Layer
Oxidized layer merupakan lapisan sedimen yang berada paling atas yang mengandung oksigen. Lapisan ini sangat bermanfaat dan harus dipelihara keberadaannya selama siklus budidaya (Boyd, 2002). Pada lapisan tersebut terjadi dekomposisi aerobik yang menghasilkan antara lain : CO2, air, amonia, dan nutrien yang lainnya. Pada sedimen anaerobik, beberapa mikroorganisme menguraikan material organik dengan reaksi fermentasi yang menghasilkan alkohol, keton, aldehida, dan senyawa organik lainnya sebagai hasil metabolisme. Menurut Blackburn (1987) dalam Boyd (2002), beberapa mikroorganisme anaerobik dapat memanfaatkan O2 dari nitrat, nitrit,ferro, sulfat, dan karbon dioksida untuk menguraikan bahan organik dengan mengeluarkan gas nitrogen, amonia, H2S, dan metan sebagai hasil metabolisme.

Beberapa produk metabolisme, khususnya H2S, nitrit, dan amonia berpotensi toksik terhadap ikan atau udang. Lapisan oksigen yang ada pada permukaan sedimen dapat mencegah difusi sebagian besar senyawa beracun menjadi bentuk yang tidak beracun melalui proses kimiawi dan biologi ketika melalui permukaan yang beroksigen. Nitrit diokdidasi menjadi nitrat, ferro dioksidasi menjadi ferri, dan H2S menjadi sulfat (Boyd, 2004c). Selanjutnya dikatakan bahwa kehilangan oksigen pada sedimen dapat disebabkan oleh akumulasi bahan organik yang tinggi sehingga oksigen terlarut terpakai sebelum mencapai permukaan tanah. Tingkat pemberian pakan yang tinggi dan blooming plankton dapat menyebabkan penurunan oksigen terlarut.

9. Bahan Orgnik
Tanah dasar tambak yang mengandung karbon organik 15-20% atau 30- 40% bahan organik tidak baik untuk budidaya perairan. Kandungan bahan organik yang baik untuk budidaya udang sekitar 10% atau 20% kandungan karbon organik (Boyd, 2002). Kandungan bahan organik yang tinggi akan meningkatkan kebutuhan oksigen untuk menguraikan bahan organik tersebut menjadi molekul yang lebih sederhana sehingga akan terjadi persaingan penggunaan oksigen dengan biota yang ada dalam tambak.

Peningkatan kandungan bahan organik pada tanah dasar tambak akan terjadi dengan cepat terutama pada tambak yang menggunakan sistem budidaya secara semi intensif maupun intensif dengan tingkat pemberian pakan (feeding rate) dan pemupukan yang tinggi (Howerton, 2001). Disamping mengendap di dasar tambak, limbah organik juga tersuspensi dalam air sehingga menghambat penetrasi cahaya matahari ke dasar tambak.
Melimpahnya kerang pada dasar perairan merupakan indikasi tingginya kandungan nutrien pada dasar perairan
Limbah tambak yang terdiri dari sisa pakan (uneaten feed), kotoran udang (feces), dan pemupukan terakumulasi di dasar tambak maupun tersuspensi dalam air. Limbah ini terdegradasi melalui proses mikrobiologi dengan menghasilkan amonia, nitrit, nitrat, dan fosfat (Zelaya et al., 2001). Nutrien ini merangsang tumbuhnya algae/plankton yang dapat menimbulkan blooming. Sementara itu beberapa hasil degradasi limbah organik bersifat toksik terhadap udang pada level tertentu. Terjadinya die off plankton dapat juga menyebabkan udang stress dan kematian karena turunnya kadar oksigen terlarut. Limbah tambak udang mengandung lebih banyak bahan organik, nitrogen, dan fosfor dibanding tanah biasa serta mempunyai nilai BOD dan COD yang lebih tinggi (Latt, 2002).

10. Nutrien
Dua nutrien yang paling penting di tambak adalah nitrogen dan fosfor, karena kedua nutrien tersebut keberadaannya terbatas dan dibutuhkan untuk pertumbuhan fitoplankton (Boyd, 2000). Keberadaan kedua nutrien tersebut di tambak berasal dari pemupukan dan pakan yang diberikan.
Terlalu banyak kandungan nutrien pada perairan dapat mengakibatkan blooming alga
11. Nitrogen
Nitrogen biasanya diaplikasikan sebagai pupuk dalam bentuk urea atau amonium. Di dalam air, urea secara cepat terhidrolisis menjadi amonium yang dapat langsung dimanfaatkan oleh fitoplankton. Melalui rantai makanan, nitrogen pada fitoplankton akan dikonversi menjadi nitrogen protein pada ikan. Sedangkan nitrogen dari pakan yang diberikan pada ikan, hanya 20-40% yang dirubah menjadi protein ikan, sisanya tersuspensi dalam air dan mengendap di dasar tambak (Boyd, 2002).
Siklus nitrogen pada suatu perairan
Amonium dapat juga teroksidasi menjadi nitrat oleh bakteri nitrifikasi yang dapat dimanfaatkan langsung oleh fitoplankton. Nitrogen organik pada plankton yang mati dan kotoran hewan air (feces) akan mengendap di dasar menjadi nitrogen organik tanah. Nitrogen pada material organik tanah akan dimineralisasi menjadi amonia dan kembali ke air sehingga dapat dimanfaatkan kembali oleh fitoplankton (Durborow, 1997).

12. Fosfor
Fosfor yang ada yang ada dalam tambak budidaya berasal dari pupuk seperti ammoniumfosfat dan calsiumfosfat serta dari pakan. Fosf

Siklus fosfor pada suatu perairan
or yang ada dalam pakan tidak semua dikonversi menjadi daging ikan/udang. Menurut Boyd (2002), dua pertiga fosfor dalam pakan terakumulasi di tanah dasar. Sebagian besar diikat oleh tanah dan sebagian kecil larut dalam air. Fosfor dimanfaatkan oleh fitoplankton dalam bentuk ortofosfat (PO4 3-) dan terakumulasi dalam tubuh ikan/udang melalui rantai makanan. Phosphat yang tidak diserap oleh fitoplankton akan didikat oleh tanah. Kemampuan mengikat tanah dipengaruhi oleh kandungan liat (clay) tanah. Semakin tinggi kandungan liat pada tanah, semakin meningkat kemampuan tanah mengikat fosfat.


Sumber : Vutut Tuntun

CARA MENYUSUN FORMULASI PAKAN (Formulasi dengan Dua Bahan Baku)

Komposisi bahan dalam pakan buatan disusun berdasarkan kebutuhan zat gizi setiap jenis ikan maupun udang. Komposisi ini sering disebut formulasi pakan.   Formulasi yang baik berarti mengandung semua zat gizi yang diperlukan ikan dan secara ekonomis murah serta mudah diperoleh sehingga dapat meinberikan keuntungan.
Penyusunan formulasi pakan terutama memperhatikan penghitungan nilai kandungan protein karena zat gizi ini merupakan komponen utama untuk pertumbuhan mbuh ikan.  Setelah diketahui kandungan protein dari pakan yang akan dibuat maka langkah selanjutnya adalah perhitungan untuk komponen zat-zat gizi lainnya.
Terdapat berbagai cara atau metode untuk menyusun formulasi pakan, tetapi yang paling umum dan mudah dilakukan adalah dengan metode empat persegi pearson's, metode persamaan aljabar, dan metode lembaran kerja (worksheet).  Berikut ini diberikan beberapa contoh cara menghitung/menyusun formulasi pakan dengan cara/mecode tersebut. Contoh-contoh ini dapat diperluas sendiri tergantung keinginan atau ketersediaan bahan baku.

Senin, 20 November 2017

PEMILIHAN LOKASI TAMBAK PEMBESARAN IKAN BANDENG


Tambak merupakan salah satu wadah yang dapat digunakan untuk membudidayakan ikan air payau atau laut. Letak tambak biasanya berada di sepanjang pantai dan mempunyai luas berkisar antara 0,3 – 2 ha.  Luas petak tambak sangat bergantung kepada sistem budidaya yang diterapkan.
        Bentuk dan konstruksi tambak bandeng relatif sama dengan kolam di air tawar. Perbedaan keduanya adalah jenis air yang digunakan, yaitu kolam menggunakan air tawar sedangkan tambak menggunakan air payau atau laut.
Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam menentukan lokasi tambak yang akan digunakan untuk budidaya ikan bandeng, antara lain :
ASPEK TEKNIS
Secara teknis lokasi tambak yang baik dan benar sangat berpengaruh terhadap konstruksi tambak yang akan dibangun serta biaya operasional pemeliharaan tambak. Faktor teknis yang harus diperhatikan antara lain adalah :
1. Elevasi
Elevasi merupakan ketinggian tempat/lokasi tambak terhadap permukaan laut. Hal ini dapat diketahui dengan memantau gerakan air pasang dan air surut. Air pasang atau air laut naik terjadi pada saat bulan berada dekat sekali dengan bumi dan waktu bumi serta bulan berputar, bergerak mengarungi angkasa dan terjadi daya tarik terhadap lautan. Air surut atau air laut turun terjadi pada saat bumi menjauhi bulan.
Bagi petambak yang akan membudidayakan ikan bandeng harus mengetahui kapan terjadinya pasang tertinggi dan pasang  terendah, hal ini untuk mengetahui cocok tidaknya lokasi tersebut untuk dibuat menjadi tambak. Lokasi tambak yang baik bila lokasi tersebut terletak diantara pasang tertinggi dan pasang terendah.
2. Jenis Tanah
Tambak pada umumnya dibuat secara alami artinya tidak dilapisi dengan tembok, sehingga jenis tanah sangat menentukan dalam memilih lokasi tambak yang baik. Jenis tanah yang dipilih harus dapat menyimpan air atau kedap air sehingga tambak yang akan dibuat tidak bocor.
Jenis tanah yang baik untuk membuat tambak adalah campuran tanah liat dan endapan lempung yang mengandung bahan organik. Tanah liat berlempung tersebut dikenal dengan silty loam. Untuk mengetahui jenis tanah ini dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur atau secara manual.  Tanah yang mengandung liat tinggi akan dapat dipilin mamanjang.  Namun, tanah yang mengandung debu atau pasir tinggi hanya akan mengahasilkan pilinan tanah yang pendek saja.
Jenis tanah liat saja kurang baik untuk dijadikan lokasi tambak, karena jenis tanah ini bersifat kaku kalau kering dan lekat/lengket kalau becek dan menjadi lembek kalau diairi. Oleh karena itu jika tanah liat ini  bercampur dengan tanah dan endapan maka kekakuannya akan berkurang dan kemampuan memegang airnya lebih besar.

3. Kualitas Air
     Kualitas air atau mutu air yang akan digunakan untuk memelihara ikan bandeng di tambak harus diperhatikan. Dengan kualitas air yang baik, maka ikan bandeng akan tumbuh  dan berkembang dengan baik. Parameter kualitas air yang baik untuk membudidayakan ikan bandeng seperti tertera pada tabel berikut.
Kualitas air yang layak untuk budidaya ikan bandeng:
No.
Parameter
Kisaran Nilai
1
Suhu air
28 – 30 0C
2
Kecerahan
> 25 cm
3
Salinitas
12 – 20 ppt
4
Oksigen terlarut
> 5  mg/liter
5
pH 
6,5 – 9
6
Amonia
< 0,3 mg/liter
ASPEK NON TEKNIS
Dalam memilih lokasi tambak perlu diperhatikan juga aspek non teknis, misalnya aspek sosial ekonomis. Hal ini karena dalam membudidayakan ikan bandeng ditambak secara komersil dibutuhkan dana investasi yang tidak sedikit. Oleh karena itu lokasi tambak yang dipilih sebaiknya tidak terlalu jauh dari sumber pakan, benih, sarana produksi dan daerah pemasaran. Selain itu lokasi tambak sebaiknya mempunyai sarana dan prasarana transportasi/komunikasi, serta keamanan yang memadai. Selain itu, status lahan juga harus dipertimbangkan kejelasannya.
SUMBER:
Alipuddin M., 2003.  Modul Penyiapan Tambak Pembesaran Ikan Bandeng. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.
REFERENSI:
Ahmad, T dkk, 1998. Budidaya Bandeng Secara Insentif. Penebar Swadaya. Jakarta
Idel, A. dan S. Wibowo. 1996. Budidaya Tambak Bandeng Modern. Gitamedia Press.  Surabaya
Martosudarmo, B. dan B. S. Ranoemihardjo. 1992. Rekayasa Tambak. Penebar Swadaya, Jakarta.
Soeseno, S, 1987. Budidaya Ikan dan Udang dalam Tambak. PT. Gramedia. Jakarta.