Kamis, 31 Agustus 2017

SERI ALAT TANGKAP IKAN ( JAKET TUNA, MUDAH EFEKTIF DAN EFESIEN )

Jaket tuna merupakan alat bantu penanganan ikan pasca penangkapan dengan alat tangkap pancing ulur tuna (tuna hand lines). Alat ini dipasang atau digunakan ketika mata kail pada pancing ulur termakan oleh ikan sasaran tangkapan (tuna).

Untuk memperoleh kualitas ikan tangkapan yang baik pada penggunaan pancing ulur, maka diupayakan dengan cara mengurangi gerakan ikan sehingga dapat mempercepat proses penangkapan ikan. Salah satu alat bantu untuk mengurangi gerakan ikan tuna pada pengoperasian pancing ulur adalah jaket tuna.

Jaket tuna dioperasikan setelah ikan sasaran terasa terkait/tersangkut pada mata pancing, kemudian jaet tuna segera dipasang dan diluncurkan melalui tali pancing untuk mengurangi atau menyelubungi ikan tangkapan.
Penggunaan jaket tuna diharapkan dapat mengatasi permasalahan dalam penanganan pasca penangkapan tuna dengan pancing ulur. Jaket tuna tersebut bias mengurangi kelelahan fisik ikan akibat meronta-ronta karena terkena mata pancing, sehingga mampu menjaga ikan dalam keadaan pre rigor dan rigor mortis lebih lama (daging tuna berkualitas baik).
Keuntungan penggunaan jaket tuna pada pengoperasian pancing ulur adalah dapat mempercepat waktu penangkapan ikan tuna hasil tangkapan ke atas kapal sehingga lebih efisien. Efisiensi waktu tersebut dapat berpengaruh pada kualitass hasil tangkapan yang menjadi tujuan penangkapan.

Konstruksi Jaket Tuna
Bentuk jaket tuna adalah berupa kurungan yang tersusun dari 3 rangkaian lingkaran/ring yang terbuat dari logam tahan karat (stainless stell). Ring tersebut dibuat sedemikian rupa dan disesuaikan dengan bentuk tubuh dari ikan tuna. Susunan rangkaian ring tersebut meliputi ring 1 (R1) dengan kriteria ukuran Lingkar Insang ikan. Ring ke 2 (R2) untuk sirip dada ikan dan Ring ke 3 (R3) adalah untuk perut ikan.
Penentuan besarnya ring jaket tuna adalah berdasarkan morfologi ikan tuna ang rata-rata tertangkap. Sedangkan ukuran jaket tuna dibuat berdasarkan ukuran badan ikan tuna yang akan menjadi target sasaran penangkapan. Bentuk tubuh ikan tuna sangat berpengaruh terhadap konstruksi jaket tuna.
Berikut ini cara pengukuran badan ikan untuk penentuan besarnya ring jaket tuna.

Spesifikasi Teknis Jaket Tuna
  1. Spesifikasi teknis jaket tuna model tanpa engsel bukaan
  2. Bahan Besi Stainlesstell, diameter 10 mm
  3. Tinggi 37 cm
  4. Ring 1, diameter dalam 19,5 cm dan diameter luar 21,5 cm
  5. Ring 2, diameter dalam 25 cm dan diameter luar 27 cm
  6. Ring 3, diameter dalam 31 cm dan diameter luar 33 cm
  7. Jarak ring 1 – 2 sebesar 17 cm
  8. Jarak ring 2 – 3 sebesar 26 cm
  9. Jeruji/kisi, antara ring 1 – ring 2 = 3 jeruji
  10. Jeruji/kisi, antara ring 2 – ring 3 = 6 jeruji
  11. Ada perlengkapan tambahan berupa gantungan tali
  12. Ring dilapisi dengan selang plastic 0,5”, diikat dengan tali PA mono no 20
  13. Per/Pegas spiral, diameter dalam 12 mm panjang 10 cm dengan jumlah 6 buah
Cara Pengoperasian
  1. Apabila ikan telah memakan umpan pancing, jaket tuna diluncurkan kearah ikan yang telah tertangkap pancing ulur.
  2. Ikan tuna sudah berada dalam jaket tuna sehingga tidak bias berenang bebas
  3. Ikan tuna akan bergerak ke atas bersama jaket tuna mengikuti tali pancing ulur, sehingga ikan lebih cepat ke tangan nelayan

Keuntungan menggunakan Jaket Tuna
  1. Efisiensi waktu pada saat penangkapan ikan tuna yang terkait paa mata pancing ke atas deck kapal/perahu;
  2. Mampu mengurangi kelelahan fisik ikan tuna akibat meronta-ronta; dan
  3. Mampu menjaga ikan tuna dalam keadaan pre rigor dan rigor mortis lebih lama.


Sumber : Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan

Rabu, 30 Agustus 2017

JENIS TANAMAN AQUASCAPE UNTUK AKUARIUM


Tanaman aquascape adalah ragam jenis tumbuhan yang banyak diletakkan di dalam akuarium sebagai hiasan. Tanaman aquascape yang berada di akuarium tidak hanya menjadi pemercantik akuarium, tetapi juga menjadi tempat bersembunyi ikan. Dengan adanya tanaman aquascape di dalam akuarium, maka keberadaannya bisa memperkaya keindahan akuarium.
Tanaman aquascape ada banyak macamnya. Kebanyakan tanaman tersebut bisa tumbuh dengan dukungan karbondioksida, pencahayaan, suhu, dan pH tertentu untuk mendukung proses fotosintesis. Apabila Anda mau menanam aquascape, sebaiknya ketahui dulu jenis-jenis tanaman aquascape yang mudah tumbuh dan cocok untuk pemula dengan melihat daftar yang telah tanamtanaman.com kumpulkan berikut ini.
Hygrophila Polysperma

Hygrophila Polysperma sudah banyak ditanam oleh para aquascaper selama bertahun-tahun untuk memberi hiasan dalam dalam akuarium. Tanaman ini sepertinya tidak telalu peduli terhadap intensitas cahaya, yang terpenting cahaya tetap ada meski intensitasnya rendah. Perawatannya mudah sehingga tanaman aquascape ini cocok untuk pemula.
Untuk keperluan CO2, nampaknya Hygrophila Polysperma juga tidak terlalu menganggapnya kebutuhan yang penting. Jadi tidak heran bila banyak orang yang lebih menyukai untuk meletakkan Hygrophila Polysperma karena tanaman ini selain sangat dianjurkan untuk pemula, tetapi juga tidak menutut perlakuan khusus. Satu lagi, Hygrophila Polysperma juga termasuk tanaman yang bisa hidup sebagian di atas permukaan air, dan sebagian terendam di dalam air.
Dwarf Baby Tears (Hemianthus Callitrichoides)
Hemianthus Callitrichoides mulai dikenalkan pada tahun 2000-an. Perkembangan nama tanaman aquascape yang berasal dari Kuba ini semakin meluas kurang dari sepuluh tahun. Kini, sudah banyak orang yang menggunakan Dwarf Baby Tears sebagai penghias bagian depan akuarium.
Dwarf Baby Tears mempunyai daun yang kecil dan padat. Tumbuhan aquascape ini mempunyai tingkat pertumbuhan sedang dengan ketinggian yang rendah. Hemianthus Callitrichoides perlu mendapatkan cahaya yang tinggi, namun tetap mampu beradaptasi pada kondisi cahaya menengah. Dengan cahaya yang banyak, karbondioksida terlarut, dan substrat kaya nutrisi bisa memberikan hasil pertumbuhan terbaik.
 (emersed).
Windelov
Windelov adalah jenis tanaman aquascape yang mendapatkan nama ilmiah Microsorum pteropus. Penamaan Windelov berasal dari founder Tropica Aquascape yakni Holge Windelov. Windelov mempunyai ujung yang bercabang dan bentuk yang unik sehingga banyak yang menjadikannya sebagai salah satu tanaman aquascape paling cantik di dunia.
Tanaman hias air Windelov bisa tumbuh tinggi mencapai 20 cm dengan lebar yang sama. Windelov merupakan salah satu tanaman aquascape untuk pemula ataupun para aquascaper yang sudah ahli karena mudah dalam segi perawatannya. Tanaman penghias akuarium yang satu ini juga mempunyai ketahanan diri yang kuat, terlebih bila diikat pada akar, kayu ranting, atau ditempel pada batu.
Java Moss
Java Moss merupakan tanaman yang terkelompok keluarga Hypnaceae, berasal dari kawasan Asia Tenggara dengan nama ilmiah Taxiphyllum barbieri. Jenis tanaman aquascape java moss tergolong mudah dalam hal perawatannya sebab tidak memerlukan banyak karbondioksida dan intensitas cahaya yang tinggi. Java Moss bisa tumbuh emersed. Tingkat pertumbuhannya lambat.
Monte Carlo
Berikutnya ada Monte Carlo yang termasuk jenis tanaman aquascape yang bisa dipakai sebagai tanaman karpet di substrat akuarium dengan laju pertumbuhan yang relatif cepat. Monte Carlo tergolong tanaman aquascape yang unik. Apabila terkena cahaya yang kuat, maka kecepatan tumbuhnya semakin tinggi dan menghasilkan karpet pada batas tertentu.
Bucephalandra Black Phantom
Diperkirakan tanaman aquascape Bucephalandra Black Phantom berasal dari Kalimantan, Indonesia. Tanaman dari genus Bucephalandra yang satu ini juga biasa dikenal dengan nama Bucephalandra Brownie Phantom. Area penanamannya lebih tepat di depan akuarium. Untuk pertumbuhannya, Bucephalandra Black Phantom tidak memerlukan cahaya dan karbondioksida tinggi sehingga sangat cocok bagi Anda yang masih pemula.
Anubias Coffeefolia
Anubias Coffeefolia ditemukan pertama kali di daerah Afrika Barat. Tanaman air ini biasa ditempatkan pada daerah tengah akuarium yang mendapatkan cahaya tidak terlalu banyak, begitupun dengan CO2-nya. Anubias Coffeefolia mempunyai warna daun merah atau kecoklatan. Pertumbuhan tanaman hias akuarium Anubias Coffeefolia begitu kompak dan serempak.
Cryptocoryne Pontederiifolia
Dikabarkan kalau Cryptocoryne Pontederiifolia berasal dari kawasan Sumatera Barat dan Singapura. Tidak ada nama umum dari tanaman yang berasal dari keluarga Araceae, genus Cryptocoryne ini. Pemeliharaannya mudah karena bisa beradaptasi pada berbagai keadaan tempat hidupnya. Cryptocoryne Pontederiifolia acuh tak acuh terhadap kondisi pH air, pertumbuhannya tetap optimal pada air yang sedikit asam ataupun basa.
Cabomba Caroliniana
Berasal dari Amerika Selatan, Cabomba Caroliniana termasuk tumbuhan aquascape yang bisa menempati area midground dan background akuarium. Tingkat pertumbuhan tanaman bergenus Cabomba ini cukup cepat pada suhu 15 – 26 derajat Celcius. Cabomba Caroliniana termasuk tanaman aquascape yang mudah perawatannya, kebutuhan cahayanya sedang – tinggi, serta tak perlu diinjeksi CO2 karena kebutuhannya sedikit.
Crinum Calamistratum

Nama umum dari jenis tanaman aquascape yang satu ini adalah African Onion Plant atau Cameroon Crium, ditemukan pertama kali di Afrika Barat, kini sudah tersebar hingga ke Indonesia. Crinum Calamistratum merupakan tanaman hias air yang indah, daunnya berwarna hijau tua.
Tanaman ini memerlukan tingkat pencahayaan tinggi, haus akan CO2, serta nutrisi yang cukup. Crinum Calamistratum bukanlah tanaman emersed. Meski demikian, pertumbuhannya yang sudah melewati permukaan air akan menghasilkan bunga cantik.
Echinodorus Tenellus
Tanaman aquascape Echinodorus Tenellus dipakai untuk menghasilkan permadani hijau di dalam akuarium Anda. Tanaman dari kelompok Amazon Word ini akan tumbuh merambat dan menyebar hingga menyerupai rumput. Daun tanaman berukuran besar. Pertumbuhannya sedang, tapi bisa dipercepat dengan menginjeksi karbondioksida dan intensitas cahaya yang tinggi. Echinodorus Tenellus bisa hidup secara mandiri tanpa dinaungi oleh tanaman lain di dalam akuarium.
Elatine Triandra
Tanaman hias akuarium yang berasal dari Amerika Serikat dan Kanada ini merupakan carpet plant yang pada alam bebas biasanya ditemukan di area-area perairan yang berlumpur. Bagi Anda yang masih pemula, sebaiknya tidak menanam Elatine Triandra karena tanaman ini tergolong tanaman yang sulit perawatannya, memerlukan pencahayaan tinggi, dan nutrisi berlimpah.
Hydrocotyle Leucocephala
Hydrocotyle Leucocephala menjadi tanaman aquascape yang kali pertama ditemukan di kawasan Amerika Selatan. Selain menjadi tanaman aquascape, ia juga banyak tumbuh di kolam dan paludarium. Tanaman yang bisa hidup pada habitat basah dan cukup berawa ini mempunyai daya tahan yang kuat, pertumbuhannya sangat cepat menghasilkan daun hijau berbentuk bulat yang indah. Keberadaannya akan mengisi ruang kosong pada akuarium sekaligus menambah nilai estetika dalam akuarium Anda.
Marsilea Hirsuta
Marsilea Hirsuta merupakan tanaman karpet dari Australia. Tanaman yang tumbuh mengarpet ini mempunyai bentuk yang indah dengan kemampuan menyebar yang mengelilingi akuarium. Untuk memperoleh daun yang sempurna, tanaman ini harus diberi pencahayaan tinggi, Daun Marsilea Hirsuta bisa hidup secara emersed dan submersed.
Lilaeopsis Brasiliensis
Sama seperti Marsilea Hirsuta, Lilaeopsis Brasiliensis juga tanaman karpet yang bisa meramaikan bidang akuarium Anda. Rumput yang dihasilkan oleh tanaman aquascape ini serupa dengan Hairgrass, Tennelus, dan sebagainya di mana tampak daun yang memanjang dari akar tanpa mempunyai batang. Tanaman karpet aquascape Lilaeopsis Brasiliensis tumbuh menyebar ke samping. Untuk memperoleh tanaman yang panjang, pencahayaannya tidak perlu banyak.
Didiplis Diandra
Didiplis Diandra biasa dijadikan tanaman aquascape untuk midground. Meskipun tanaman ini menghasilkan bentuk daun yang unik dan menarik perhatian, namun perawatannya tergolong sulit sehingga kurang cocok bagi pemula. Dirinya termasuk tanaman yang hidup secara emersed. Pada saat tumbuh di atas permukaan air, Didiplis Diandra akan memproduksi bunga.
Echinodorus x Subulatus Lucanas
Warna hijau yang dimiliki oleh Echinodorus x Subulatus Lucanas sangat diakui kecantikannya. Sebagian besar aquascaper memilih tanaman ini karena perawatannya yang mudah. Tanaman ini mempunyai karakteristik yang bisa hidup pada segala macam kondisi air, bahkan dengan intensitas cahaya yang minim tanpa injeksi CO2. Bentuk daunnya yang lonjong memanjang membuat Echinodorus x Subulatus Lucanas sangatlah cocok dijadikan sebagai foreground plant (pada akuarium besar) atau midground plant (pada akuarium kecil).
Aponogeton Ulvaceus
Aponogeton Ulvaceus berasal dari Madagaskar, merupakan tanaman air yang masuk ke dalam spesies Aponogeton. Para aquascaper di seluruh dunia menganggap varietas yang satu ini merupakan yang paling indah apabila dilihat dari bentuk daunnya yang khas. Aponogeton Ulvaceus bisa tumbuh mencapai ketinggian 60 cm sehingga sangat cocok dijadikan tanaman penghias belakang akuarium. Aponogeton Ulvaceus juga mudah perawatannya, jadi Anda bisa menumbuhkannya tanpa memerlukan keahlian khusus.
Blepharostoma Trichophyllum
Blepharostoma Trichophyllum adalah tanaman yang bisa tumbuh dengan mudah pada sebuah media seperti batu atau kayu karena tergolong sebagai moss atau lumut. Tanaman ini cukup kuat dan bisa tumbuh pada area dengan pencahayaan yang sedikit sehingga tidak merepotkan dalam hal perawatannya. Blepharostome Trichophyllum dapat tumbuh pada suhu di bawah 27 derajat Celcius.
Egeria Densa
Egeria Densa merupakan salah satu tanaman aquascape yang cukup populer yang banyak ditanam di dalam akuarium ataupun kolam. Tanaman air yang satu ini berasal dari Argentina, Brasil, dan Uruguay. Egeria Densa bisa hidup secara bergerombol sehingga menghasilkan sebuah hamparan hijau yang luas. Tanaman ini sangat direkomendasikan untuk para pemula di bidang aquascape karena selain mudah dalam segi perawatan, Egeria Densa juga bisa diperoleh dengan harga yang tidak terlalu mahal.
Echinodorus Vesuvius
Echinodorus Vesuvius bisa ditempatkan sebagai tanaman background ataupun midground (lebih cocok) dikarenakan bentuk daunnya yang spiral dan sempit. Dengan hasil daun seperti itu, Echinodorus Vesuvius juga lebih disarankan untuk para pemula yang mau memulai perawatan aquascape di dalam akuarium karena tidak menuntut kondisi terbaik akuarium Anda.
Ceratophyllum Demersum
Tanaman aquascape yang satu ini bisa ditemukan di mana saja kecuali Antartika. Ceratophyllum Demersum atau yang mempunyai panggilan lain CoonTail (karena bentuknya yang mirip seperti ekor Racoon) ini tidak memiliki akar seperti tanaman aquascape pada umumnya. Sama dengan Echinodorus Vesuvius, tanaman ini juga tidak terlalu peduli dengan lingkungan hidupnya sehingga sangat cocok bagi pemula.
Ceratopteris Cornuta
Ceratopteris Cornuta ditemukan dan diperkenalkan pertama kali di Afrika, Asia, Amerika, dan Australia. Tanaman air yang satu ini tumbuh secara terapung atau floating. Meskipun begitu, ia tetap bisa ditancap ke dalam substrate seperti tanaman stem dengan catatan pertumbuhannya menjadi lebih lambat sehingga memerlukan intensitas cahaya lebih.
Cryptocoryne Beckettii Petchii
Bagi yang baru dalam dunia aquascape, mungkin disarankan untuk memelihara Cryptocoryne Beckettii Petchii. Tanaman hias yang sudah lama digunakan dalam akuarium ini mampu beradaptasi pada kondisi air yang tingkat kesadahan yang rendah ataupun tinggi. Kebutuhan cahayanya tidak terlalu dipentingkan oleh tanaman ini meski pertumbuhannya lebih baik pada pencahayaan yang intensif.
Bacopa sp Colorata
Jenis tanaman aquascape yang terakhir adalah Bacopa sp Colorata yang belum diketahui darimana asalnya. Nama umum dari tanaman ini adalah Bacopa Pink, merupakan tanaman yang bisa diletakkan di area tengah akuarium dengan kebutuhan cahaya dan karbondioksida yang sedang. Bacopa sp Colorata mempunyai daun berwarna merah sehingga bisa memperkaya warna pada akuarium Anda yang biasanya didominasi dengan tanaman aquascape dengan daun warna hijau.
SUMBER:

Selasa, 29 Agustus 2017

PEMBENIHAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus)


I.    PENDAHULUAN

Ikan Kerapu (Epinephelus sp) umumnya dikenal dengan istilah "groupers" dan merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai peluang baik dipasarkan domestik maupun padar internasional dan selain itu nilai jualnya cukup tinggi. Eksport ikan kerapu melaju pesat sebesar 350% yaitu dari 19 ton pada tahun 1987 menjadi 57 ton pada tahun 1988. 

Ikan Kerapu mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan untuk dibudidayakan karena pertumbuhannya cepat dan dapat diproduksi massal untuk melayani permintaan pasar ikan kerapu dalam keadaan hidup. Berkembangnya pasaran ikan kerapu hidup karena adanya perubahan selera konsumen dari ikan mati atau beku kepada ikan dalam keadaan hidup, telah mendorong masyarakat untuk memenuhi permintaan pasar ikan kerapu melalui usaha budidaya.


Budidaya ikan kerapu telah dilakukan dibeberapa tempat di Indonesia, namun dalam proses pengembangannya masih menemui kendala, karena keterbatasan benih. Selama ini para petani nelayan masih mengandalkan benih alam yang sifatnya musiman. Namun sejak tahun 1993 ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) sudah dapat dibenihkan, Balai Budidaya Laut Lampung sebagai unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perikanan, telah melakukan upaya untuk menghasilkan benih melalui pembenihan buatan manipulasi lingkungan dan penggunaan hormon.  
II. BIOLOGI
A. Klasifikasi

Ikan kerapu macan (Epinehelus fuscoguttatus) digolongkan pada :
Class        : Chondrichthyes
Sub class  : Ellasmobranchii
Ordo        : Percomorphi
Divisi        : Perciformes
Famili       : Serranidae
Genus      : Epinephelus
Species    : Epinepheus sp
B. Morfologi, habitat dan kebiasaan makan dan makanannya
Ikan kerapu bentuk tubuhnya agak rendah, moncong panjang memipih dan menajam, maxillarry lebar diluar mata, gigi pada bagian sisi dentary 3 atau 4 baris, terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan sirip, bintik hitam pada bagian dorsal dan poterior. Habitat benih ikan kerapu macan adalah pantai yang banyak ditumbuhi algae jenis reticulata dan Gracilaria sp, setelah dewasa hidup di perairan yang lebih dalam dengan dasar terdiri dari pasar berlumpur. Ikan kerapu termasuk jenis karnivora dan cara makannya "mencaplok" satu persatu makan yang diberikan sebelum makanan sampai ke dasar. Pakan yang paling disukai kenis krustaceae (rebon, dogol dan krosok), selain itu jenis ikan-ikan (tembang, teri dan belanak). 
  
C. Cara berkembang biak
Di dalam tangki percobaan ikan betina yang telah dewasa bila akan memijah mendekati jantan. Bila waktu memijah tiba, ikan jantan dan betina akan berenang bersama-sama dipermukaan air. Pemijahan terjadi pada malam hari, antara pukul 18.00 sampai pukul 22.00. Jumlah telur yang dihasilkan tergantung dari berat tubuh betina, contoh betina berat 8 kg dapat menghasilkan telur 1.500.000 butir. Telur yang telah dibuahi bersifat "non adhesive" yaitu telur yang satu tidak melekat pada telur yang lainnya. Bentuk telur adalah bulat dan transparan dengan garis tengah sekitar 0,80 - 0,85 mm. Telur yang telah dibuahi akan menetas menjadi benih yang aktif berenang. Benih inilah yang umum tertangkap oleh nelayan. Kelimpahan benih ikan kerapu ini sepanjang tahun tidak sama. Kelimpahan yang paling tinggi disekitar Teluk Banten terjadi pada bulan Februari sampai April.


III. TEKNIK PEMBENIHAN

A. Sarana Pembenihan  
  1. Induk sebanyak 5 ekor betina dan 2 ekor jantan. Induk jantan berukuran panjang 77 - 78 cm dan berat 9,5 - 11 kg/ekor. Induk betina berukuran panjang 60 - 70 cm dan berat 5,3 - 7,8 kg/ekor. 
  2. Pakan induk berupa ikan segar dari jenis selar, japuh dan jantan yang kandungan proteinnya tinggi dan kandungan lemaknya rendah. 
  3. Kurungan apung untuk pemeliharaan induk berukuran 3 x 3 x 3 m3. 
  4. Bak pemijahan dengan kapasitas 100 ton. 
  5. Bak penetasan sekaligus juga merupakan bak pemeliharaan larva yang berukuran 4 x 1 x 1 m3 terbuat dari beton, berbentuk empat persegi panjang
B. Metoda

Metoda yang digunakan adalah manipulasi lingkungan. Untuk merangsang terjadinya perkawinan antara jantan dengan induk betina matang kelamin digunakan metoda manipulasi lingkungan di bak terkontrol. Teknik pemijahan dengan manipulasi lingkungan ini dikembangkan berdasarkan pemijahan ikan kerapu di alam, yaitu dengan rangsangan atau kejutan faktorfaktor lingkungan seperti suhu, kadar garam, kedalaman air dan lain-lain. Pemijahan mengikuti fase peredaran bulan; pada saat bulan terang atau bulan gelap.
C. Pemeliharaan Induk 
Induk ikan kerapu yang dipijahkan dipelihara di laut dalam kurungan apung dengan padat penebaran induk 7,5 - 10 kg/m3. Pakan yang diberikan berupa ikan rucah segar berkadar lemak rendah. Diluar pemijahan ikan, takaran pakan yang diberikan sebesar 3 - 5% dari total berat badan ikan/hari, sedangkan pada musim pemijahan diturunkan menjadi 1%. Disamping itu diberikan pula vitamin E dengan dosis 10 - 15 mg/ekor/minggu. 
D. Sex reversal 
Kerapu termasuk ikan yang "hermaprodit protogyni", yaitu pada kehidupan awal belum ditentukan jenis kelaminnya. Sel kelamin betina terbentuk setelah berumur 2 tahun dengan panjang 50 cm dan berat 5 kg. Sel kelamin betina berubah menjadi sel kelamin jantan pada umur 4 tahun dengan panjang tubuh sekitar 70 cm dan berat 11 kg. Ada kenyataannya lebih banyak ditemui ikan kerapu jantan atau mempercepat perubahan kelamin dari betina ke jantan dapat dipacu/dirangsang dengan hormon testosteron. Pemberian hormon testosteron dilakukan secara oral melalui makan setiap minggu, diikuti dengan penambahan multivitamin. 
Takaran yang diberikan adalah: Hormon testosteron 2 mg/kg induk dan Multivitamin 10 mg/kg induk.
E. Seleksi Induk 
Kematangan kelamin induk jantan ikan kerapu diketahui denan cara mengurut bagian perut ikan (stripping) ke arah awal sperma yang keluar warna putih susu dan jumlahnya banyak diamati untuk menentukan kualitasnya. Kematangannya kelamin induk betina diketahui dengan cara kanulasi, yaitu memasukkan selang plastik ke dalam lubang kelamin ikan, kemudian dihisap. Telur yang diperoleh diamati untuk mengetahui tingkat kematangannya, garis tengah (diameter) telor diatas 450 mikron.
F. Pemijahan 
  1. Induk kerapu matang kelamin dipindahkan ke bak pemijahan yang sebelumnya telah diisi air laut bersih dengan ketingian 1,5 m dan salinitas + 32 ‰. 
  2. Manipulasi lingkungan dilakukan menjelang bulan gelap yaitu dengan cara menaikkan dan menurunkan permukaan/tinggi air setiap hari. Mulai jam 09.00 sampai jam 14.00 permukaan air diturunkan sampai kedalaman 40 cm dari dasar bak. Setelah jam 14.00 permukaan air dikembangkan ke possisi semula (tinggi air 1,5 m). Perlakuan ini dilakukan terus menerus sampai induk memijah secara alami. 
  3. Rangsangan hormonal induk kerapu matang kelamin disuntik dengan hormon Human Chorionic Gonadotropin (HGG) dan Puberogen untuk merangsang terjadinya pemijahan. Takaran hormon yang diberikan adalah : HGG 1.000 - 2.000 IU/kg induk Puberogen 150 - 225 RU/kg induk. 
  4. Pengamatan pemijahan ikan dilakukan setiap hari setelah senja sampai malam hari. Pemijahan umumnya terjadi pada malam hari antara jam 22.00 - 24.00 WIB. Diduga musim pemijahannya terjadi 2 kali bulan Juni - September dan bulan Nopember - Januari. Bila diketahui telah terjadi pemijahan, telur segera dipanen dan dipindahkan ke bak penetasan.bak pemeliharaan larva. 
G. Penetasan telur

Bak yang dipergunakan untuk penetasan telur sekaligus juga merupakan bak pemeliharaan larva, terbuat dari beton, berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 4 x 1 x 1 m3. Tiga hari sebelum bak penetasan/bak pemeliharaan larva digunakan, perlu dipersiapkan dahulu dengan cara dibersihkan dan dicuci hamakan memakai larutan chlorine (Na OCI) 50 - 100 ppm. Setelah itu dinetralkan dengan penambahan larutan Natrium thiosulfat sampai bau yang ditimbulkan oleh chlorine hilang. Air laut dengan kadar garam 32 ‰ dimasukkan ke dalam bak, satu hari sebelum larva dimasukkan dengan maksud agar suhu badan stabil berkisar antara 27 - 280C. Telur hasil pemijahan dikumpulkan dengan sistim air mengalir.
Telur yang dibuahi akan mengapung dipermukaan air dan berwarna jernih (transparan). Sebelum telur ditetaskan perlu direndam dalam larutan 1 - 5 ppm acriflavin untuk mencegah serang bakteri. Padat penebaran telur di Bak Penetasan berkisar 20 - 60 butir/liter air media. Ke dalam bak penetasan perlu ditambahkan Chlorella sp sebanyak 50.000 - 100.000 sel/ml untuk menjaga kualitas air. Telur akan menetas dalam waktu 18 - 22 jam setelah pemijahan pada suhu 27 - 280C dan kadar garam 30 - 32 ‰.

  
Gambar 1. Grafik Prosentase Telur yang Dibuahi


IV. PERKEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN LARVA

A. Perkembangan Larva

Larva yang baru menetas terlihat transparan, melayang-melayang dan gerakannya tidak aktif serta tampak kuning telur dan oil globulenya. Larva akan berubah bentuk menyerupai kerapu dewasa setelah berumur 31 hari. (Gambar2).


Gambar 2. Perkembangan Bentuk Larva Ikan Kerapu

Adapun perkembangan larva kerapu dari umur 1 hari (D1) sampai umur 31 hari (D31) dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan larva ikan kerapu.
Hari ke
Tahap Perkembangan
Panjang (mm)
D1
Larva baru menetas transparan, melayang dan tidak aktif.
1,89 - 2,11
D3
Timbul bintik hitam di kepala dan pangkal perut.
2,14 - 2,44
D7-8
Timbul calon sirip punggung yang keras dan panjang.
7,98 - 8,96
D9-11
Timbul calon sirip punggung yang keras dan panjang.
15,88 - 17,24
D15-17
Duri memutih, bagian ujung agak kehitaman.
17,2 - 18,6
D23-26
Sebagian duri mengalami reformasi dan patah, pada bagian ujung tumbuh sirip awal lunak.
20,31 - 22,64
D29-31
Sebagian larva yang pertumbuhannya capat telah berubah menjadi burayak (juvenil), bentuk dan warnanya telah menyerupai ikan dewasa.
22,40 - 23,42
  
Masa kritis kedua dijumpai pada waktu larva berumur 8 hari (D8) memasuki umur 9 hari (D9), dimana pada saat itu mulai terjadi perubahan bentuk tubuh yang sangat panjang dan spesifik, sampai pada hari ke 20 (D20) larva berkembang dengan baik dan belum menunjukkan adanya tanda-tanda kematian, akan tetapi memasuki hari ke 22 (D22), 23 (D23) sebagian dari larva baik yan masih kecil maupun yang sudah besar mulai nampak adanya kematian. Diawali dengan adanya gerakan memutar (whirling) yang tidak terkendali kemudian terbalik lalu mati.
Pada kasus tersebut diupayakan dengan cara merubah pakan Artemia dengan kandungan W3 HUFA yang lebih tingi. Dari kasus ini tentunya dapat diajukan suatu hepotesa sementara bahwa kurannya unsur tertentu pada larva kerapu dalam waktu yang cukup lama akan mempengaruhi kondisi fisik dan kelangsungan hidup larva.

C. Pemeliharaan Larva 

Larva kerapu yang baru menetas mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur.Pakan ini akan dimanfaatkan sampai hari ke 2 (D2) setelah menetas dan selama kurun waktu tersebut larva tidak memerlukan dari luar. Umur 3 hari (D3) kuning telur mulai terserap habis, perlu segera diberi pakan dari luar berupa Rotifera Brachionus Plicatilis dengan kepadatan 1 - 3 ekor/ml. Disamping itu ditambahkan pula Phytoplankton chlorella sp dengan kepadatan antara 5.10 - 10 sel/ml. Pemberian pakan ini sampai larva berumur 16 hari (D16) dengan penambahan secara bertahap hingga mencapai kepadatan 5 - 10 ekor/ml plytoplankton 10 - 2.10 sel/ml media. Pada hari kesembilan (D9) mulai diberi pakan naupli artemia yang baru menetas dengan kepadatan 0,25 - 0,75 ekor/ml media. Pemberian pakan naupli artemia ini dilakukan sampai larva berumur 25 hari (D25) dengan peningkatan kepadatan hingga mencapai 2 - 5 ekor/ml media. Disamping itu pada hari ke tujuh belas (D17) larva mulai diberi pakan Artemia yang telah berumur 1 hari, kemudian secara bertahap pakan yang diberikan diubah dari Artemia umur 1 hari ke Artemia setengah dewasa dan akhirnya dewasa sampai larva berumur 50 hari. Skema jenis dan pemberian pakan larve kerapu dapat dilihat pada Gambar 3. Pemberian pakan dengan cincangan daging ikan mulai dicoba pada saat metamorfosa larva sempurna menjadi benih ikan kerapu. 

 Gambar 3. Skema Jenis dan Pakan Pemberian Pakan Larve Ikan Kerapu



V. PENGELOLAAN KUALITAS AIR

Bak penetasan telur yang sekaligus merupakan bak pemeliharaan larva perlu dijaga kualitas airnya dengan penambahan phytoplankton Chlorella, dengan kepadatan 5.103 - 104 sel/ml. Phytoplankton akan menggeliminir pembusukkan yang ditimbulkan oleh telur yang tidak menetas dan sisa cangkang telur yang ditinggalkan. Pembersihan dasar bak dengan cara penyiponan dilakukan pada hari pertama dengan maksud untuk membuang sisa-sisa telur yang tidak menetas dan cangkang telur. Penggantian air dilaksanakan pertama kali pada saat larva berumur 6 hari (D6) yaitu sebanyak 5 - 10%. Penggantian air dilakukan setiap hari dan dengan bertambahnya umur larva, maka volume air yang perlu diganti juga semakin banyak. Pada saat larva telah berumur 30 hari (D30) pengganti air dilakukan sebanyak 20% dan bila larva telah berumur 40 hari (D40) air yang diganti sebanyak 40%. Prosentase pengantian air selama pemeliharaan larve kerapu dapat dilihat pada gambar 4.



Gambar 4. Prosentase Penggantian Air 



KEPUSTAKAAN 
  1. Kisto Mintardjo dan Sigit B, "Pemijahan Ikan Kerapu (Epinephelus tauvina)Dengan Manipulasi Lingkungan", Buletin Budidaya Laut No. 2, Balai Budidaya Laut Lampung, Ditjen Perikanan, 1991.
  2. Sigit Budileksono dan Yayan Sofyan, "Pemijahan Alami Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) di Bak Terkontrol", Buletin Budidaya, 1993.
  3. Anonimus, "Teknologi Reproduksi Ikan Kerapu (Epinephelus sp)", Riset dan Teknologi Balai Budidaya Laut Lampung, Ditjen Perikanan, 1993.
  4. Sigit Budileksono, " Pembenihan Ikan Kerapu di Balai Budidaya Laut Lampung", Ditjen Perikanan, 1995.Pembenihan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus), Direktorat Bina Pembenihan, Direktorat Jendral Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta, 1996