I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kualitas air di daerah perkotaan mempunyai kecenderungan yang
semakin menurun, kualitas air yang rendah merupakan akumulasi
dari semakin banyaknya penggunaan air yang akan menghasilkan buangan berupa
limbah yang semakin tinggi. Banyaknya buangan limbah dari kegiatan rumah tangga
dan industri sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas air yang ada. Saat ini untuk memperoleh air yang bersih dan
sehat untuk keperluan sehari-hari sudah sangat susah, bahkan sudah banyak yang
harus mengeluarkan biaya untuk mendapatkanya.
Semakin mahalnya air yang diperlukan
sangat erat kaitanya dengan usaha perikanan yang selalu bersinggungan dengan
air dalam kualitas dan jumlah yang mencukupi. Dengan semakin mahalnya nilai air
yang digunakan sudah saatnya dipikirkan bagaimana cara untuk memanfaatkan air
secara maksimal dengan kualitas yang mendukung. Salah satu alternatif yang bisa
dipakai adalah bagaimana menggunakan air secara efisien dan efektif untuk
budididaya ikan menggunakan system resirkulasi.
Sistem
resirkulasi merupakan salah satu jawaban yang bisa digunakan dalam memperbaiki
mutu air sehingga dapat digunakan secara terus menerus. Sistem ini menggunakan
system aliran tertutup dimana air yang digunakan untuk budidaya ikan akan mengalir
terus kemudian diputar ke tempat penyaringan dan di teruskan ke tempat budidaya
untuk digunakan lagi begitu seterusnya.
Sistem
resirkulasi dibuat bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan yang stabil selama
pemeliharaan ikan. Spesies air laut yang bisa dikultur dalam resirkulasi aliran
tertutup adalah ; kakap, kerapu, sidat sedangkan untuk jenis ikan hias sebagian
besar bisa dibudidayakan dalam system ini seperti : koki, koi, discus, arwana,
black gost dll. Pada prinsipnya system resirkulasi sangat simple karena memerlukan
tempat yang kecil dengan padat tebar yang tinggi tentunya hasil yang diperoleh
akan tinggi.
1.2. Bahan Organik
Sebelum
kita berbicara biofilter dalam system resirkulasi kita harus tahu dulu, apa
yang menyebabkan kualitas air menurun selama kegiatan Budidaya ikan. Bahan
organik terdiri atas karbon, hidrogen,
oksigen dan nitrogen. Unsur-unsur lain yang kadang terdapat adalah sulfur,
fospor dan besi. Pada tingkat pencemaran limbah yang sedang, 75% dari bahan
padat tersuspensi dan 40% dari yang lolos dari penyaringan terdiri atas bahan
organik. Air limbah yang stagnan diperkirakan terdiri atas 50% karbon dan
35-50% nitrogen dalam bentuk larutan. Dari ¾ bagian karbon terdiri atas
komponen utama bahan organik dalam bentuk karbohidrat, lemak, protein, asam
lemak dan asam folatil. Sedangkan bagian lainnya seperti hormon, vitamin,
surfaktan, antibiotik, hormon kontrasepsi, purin, pestisida, hidrokarbon dan
pigmen. Sebagian besar bahan organik sintetik
masuk dalam golongan yang tidak bisa biodegradasi sedangkan bagian kecil
lainnya akan mengalami laju dekomposisi biologi yang sangat lambat (Gray, 2004).
Bagian
karbohidrat yang paling utama mencemari
adalah glukosa, sukrosa dan laktosa, sedangkan bagian yang sedikit adalah
galaktosa, fruktosa, silosa dan arabinosa. Lemak biasanya dijumpai dalam bentuk
asam lemak dan termasuk senyawa organik yang stabil dan tidak mudah mengalami
biodegradasi. Asam asetat merupakan komponen utama yang terdapat pada asam
folatil air limbah. Protein jika dibandingkan dengan karbohidrat dan lemak
merupakan sumber karbon yang kecil peranannya. Protein merupakan unsur utama
dari mahkluk hidup, sehingga limbah dari pabrik pakan dan ekskresi sangat kaya
akan protein. Protein yang terpisah dari urea merupakan sumber nitrogen dalam
air limbah dan menyumbang sampai 80% atau lebih dari total organik nitrogen.
Nitrogen
dan fospor merupakan nutrien esensial untuk pertumbuhan tanaman. Nitrogen
sangat esensial bagi sintesis protein dan pertumbuhan biologis. Nitrogen yang terkandung pada air limbah
segar (baru), tersaji dalam bentuk bahan
protein dan urea. Bahan organik nitrogen ini mengalami dekomposisi secara cepat
oleh bakteri dalam proses protein atau hidrolisis saat mengubah urea ke
amoniak. Amoniak di air dalam bentuk ion
amonium (NH4+) dan amoniak (NH3), yang
keberadaannya tergantung dari pH air limbah. Saat nilai pH 7, reaksi
kesetimbangan di air limbah sebagai berikut :
NH3
+ H2O NH4+ + OH-
Saat
nilai pH > 7 maka reaksi bergeser ke arah kiri sehingga amoniak akan
dominan, begitu pula sebaliknya saat nilai pH < 7. Fospor dalam air limbah
terdiri atas 3 bentuk yaitu ortofospat, polifospat dan organik fospat. Sekitar
25% dari total fospor pada air limbah terdiri atas ortofospat, seperti PO43+,
HPO42-, H2PO4-, H3PO4
yang keberadaannya dibutuhkan untuk proses metabolisme makhluk hidup. Ryadi
(1984) menyatakan bahwa proses pemusnahan bahan-bahan organik secara alamiah
pada umumnya lebih mudah daripada bahan-bahan anorganik maupun sintetis
lainnya, dimana roses penguraian tersebut sangat dipengaruhi oleh ada/tidaknya
oksigen.
1.3. Bahan Anorganik
Bahan
anorganik yang biasa dijumpai dalam air limbah adalah sodium, kalsium,
potasium, magnesium, klorin, sulfur (sulfat dan bentuk lainnya), fospat,
bikarbonat dan amoniak. Ketika elemen-element tersebut terbatas jumlahnya dalam
air limbah (seperti Ca, Mg, Fe) maka efisiensi pengolahan secara biologi juga
berkurang. Klorida secara alamiah ditemukan dalam larutan, dan dapat bersumber
dari pertanian, limbah industri dan rumah tangga. Limbah feses manusia
menghasilkan 6 g Cl per hari/kapita sedangkan urin sebesar 1% Cl. Bahan
anorganik lainnya yang berbahaya dan dijumpai dalam air limbah adalah logam
berat (Gray, 2004). Bahan-bahan tersebut dalam kondisi tertentu menjadi
pembatas bagi biofilter dalam system resirkulasi.
Sulfur
merupakan elemen esensial lainnya yang dibutuhkan semua mahluk hidup untuk proses
metabolisme. Jumlah sulfur yang
digunakan mikroorganisme sangat sedikit untuk sintesis asam amino metionin dan
sistein. Pada awalnya kebutuhan akan sulfur
berasal dari sulfat. Sedangkan logam berat yang biasanya terdapat pada
air limbah adalah nikel, timbal, kromium, kadmium, seng dan tembaga yang
bersifat toksik pada konsentrasi tertentu.
1.4.
Sumber
Air Limbah Lain
Sumber
air limbah yang kaya akan bahan organik biasanya dapat dibiodegradasi. Air
limbah tersebut biasanya bersumber dari peternakan, perikanan, produksi pakan
ternak, pengolahan makanan dan pabrik susu (Gray, 2004).
II. MIKROORGANISME DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN
2.1. Mikroorganisme
Mikroorganisme
mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengendalian pencemaran, karena
merupakan komponen ekosistem perairan yang dapat melakukan self-purifikasi di
perairan melalui respon terhadap pencemaran organik dengan melakukan
peningkatan pertumbuhan dan metabolisme. Hal ini sama prinsip dan peranannya
saat penggunaan mikroorganisme untuk pengolahan air limbah secara biologi. Selain mengandung makanan dan nutrisi untuk pertumbuhan,
air limbah juga mengandung
mikroorganisme itu sendiri. Dengan memisahkan mikroorganisme yang penting
peranannya dalam pengendalian lingkungan maka degradasi bahan organik dapat
dilakukan. Mikroorganisme menggunakan
bahan organik untuk menghasilkan energi dengan melakukan respirasi sel
dan untuk sintesis protein serta komponen sel lainnya dalam pembentukan sel-sel
baru. Reaksi yang terjadi di perairan adalah sebagai berikut :
Bahan organik + O2 + NH42+
+ P -------> Sel-sel
baru +
CO2 + H2O
Gray (2004) mengemukakan bahwa kultur mikroorganisme
dapat digunakan untuk penilaian air limbah dengan menggunakan tes Biochemical
Oxygen Demand (BOD5). Tes yang dilakukan berupa inokulasi
pertumbuhan mikroorganisme pada cairan sampel dan diukur selama 5 hari untuk
menentukan penurunan konsentrasi oksigen di air limbah. Banyak penyakit yang
disebabkan oleh mikroorganisme yang ada di air limbah dan biasanya bersifat patogen.
Penggunaan mikroorganisme, seperti Escherichia
coli sangat berguna sebagai indikator organisme untuk menilai kualitas
mikrobiologi air untuk air minum, rekreasi dan industri. Hal ini sama
pentingnya dalam penilaian efisiensi pengolahan air limbah, sehingga
mikroorganisme merupakan alat yang penting dalam pengendalian pencemaran.
Mikroorganisme yang mempunyai
kemampuan metabolisme yang paling tinggi adalah bakteri, diikuti oleh eumycetes dan protozoa. Mikroorganisme tersebut mempunyai ukuran yang sangat
kecil tetapi kemampuan metabolismenya sangat tinggi. Bakteri adalah mikroorganisme kecil yang pada umumnya
bersel satu, tidak berklorofil,
berkembang biak dengan pembelahan secara biner serta hidup bebas secara
kosmopolitan, khususnya di udara, di
dalam tanah, air, bahan pangan, tubuh manusia, hewan ataupun tanaman
(Dwijoseputro, 1986).
Kehidupan bakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
suhu, kelembaban, konsentrasi oksigen, kondisi nutrisi, ketersediaan air dan
keasaman (Lay dan Hastowo, 1992). Bakteri merupakan kelompok mikroorganisme
terpenting di dalam limbah karena banyak diantaranya yang dapat digunakan untuk
menghilangkan bahan-bahan tertentu yang tidak diinginkan, namun banyak juga yang memperburuk keadaan limbah
tersebut, seperti bakteri filamen.
III. SISTEM RESIRKULASI
3.1. Komponen system Resirkulasi
Resirkulasi untuk Budidaya ikan merupakan rangkaian beberapa komponen
yang diperlukan dalam suatu kesatuan. Di dalamnya terdapat beberapa komponen yang
akan diterangkan sbb:
3.1.1 Bangunan
Bangunan instalasi berguna dalam mengamankan
resirkulasi dari gangguan terutama perubahan iklim dari luar. Ikan Budidaya
akan selalu terjaga selama dalam pemeliharaan dan perawatan
3.1.2. Pompa
Pompa digunakan untuk memindahkan air dan
system aerasi. Ini sangat diperlukan didalam menjaga kesediaan air yang akan digunakan
di dalam system resirkulai yang bekerja.
3.1.3. Generator
Cadangan
Generator cadangan diperlukan saat aliran
listrik mati karena kelebihan beban atau dalam perbaikan.
3.2. Sistem
Komponen
Komponen system didalamnya peralatan yang
akan digunakan untuk kegiatan budidaya ikan tanpa resirkulasi. Komponen utama
yang terakit adalah :
3.2.1. Generator/pompa
oksigen
Ikan membutuhkan oksigen untuk hidup.
Kebutuhan oksigen untuk Budidaya ikan dalam tangki/akuarium dengan kepadatan
tinggi menggunakan aerasi sederhana dan menggunakan aerasi mekanik tidak
efisien. Oksigen bisa di peroleh melalui oksigen cair atau popma oksigen,
selama perawatan ikan dengan kepadatan yang tinggi.
IV. FILTER
Filter biasa
digunakan dan telah dikenal oleh semua orang sebagai alat yang bias digunakan
untuk menyaring atau membersihkan air dari sampah dan kotoran. Berbagi macam
sampah berupa limbah yang dihasilkan oleh industri, pertanian dan rumah tangga masing-masing memerlukan penangan yang
berbeda tergantung dari berat ringannya limbah yang dihasilkan.
4.1. Filter Mekanik
Filter ini mengandalkan kerja kimia dan
fisika berupa pengendapan dan penyaringan melalui pori-pori. Filter mekanik
membuang bahan organik yang berasal dari sisa metabolisme berupa kotoran dan kencing
ikan serta pakan yang tidak termakan. Pembuangan bahan organik sangat penting
melalui pipa yang berakhir dalam bentuk limbah. Proses oksidasi limbah di dalam
tangki memerlukan oksigen yang berada di kolom air. Bermacam-macam jenis filter
mekanik dapat digunakan tergantung dari besar
limbah buangan yang dihasilkan dalam proses tersebut. Sebagai contoh
didalam filter terdapat, penyaring, pengendapan, filter pasir. Filter mekanik
secara sederhana menecegah akumulasi lumpur yang berlebih.
Contoh : saringan besi, dakron, busa, serabut
kelapa dll
4.2. Filter Biologi
Ikan menghasilkan
ammonia dan nitrit sebagai sisa metabolisme yang bersifat racun. Hasil
metabolisme ini memerlukan perubahan kedalam bentuk nitrit yang tidak berbahaya
bagi ikan.
|
Filter biologi
bekerja memanfaatkan kerja bakteri yang bisa mengakumulasi bahan organik dengan
bantuan suhu dan oksigen. Bakteri yang biasa terlibat dalam oksidasi bahan
organik adalah bakteri aerob dan anaerob, masing-masing mempunyai kekuatan yang
berbeda dalam mengakumulasi bahan organik. Bahan organik yang biasa di oksidasi
berupa unsur N yang terakumulasi dan mengendap di perairan dalam bentuk
ammonia. Ammonia yang merupakan sisa buangan dari sisa metabolisme ikan dan
pakan yang tidak termakan merupakan makan bagi bakteri. Aplikasi untuk tambak
udang menggunakan filter berupa kijing di bak tandong sehingga air yang
mengandung bahan organik dari pelataran tambak akan diasing di bak tandon
kemudian dialirkan ke kotak budidaya.
Contoh :
Nitrobakter sp, Nitrosomonas sp, pseodomonas sp
4.3. Filter Kimia
Filter ini
menggunakan kerja bahan kimia dalam mengurangi tinggingya limbah buangan yang
dihasilkan. Bahan kimia yang digunakan biasayang untuk mengendapkan bahan-bahan
yang berbahaya yang dikenal dengan B3 atau Bahan Berbahaya dab Beracun. Sistem
kerjanya adalah mengendapkan endapan limbah menggunakan bahan kimia. Untuk air
minum yang biasa di gunakan di PDAM biasa menggunakan klorin/ tawas dalam
megendapkan material yang masih menyatu dengan air sehingga akan menghasilkan
air yang jernih dan telah terbebas dari mikroorganisme yang berbahaya.
Filter kimia biasa digunakan oleh
industri-industri yang menghasilkan limbah buagan dengan kosentrasi yang
tinggi. Beberapa industri yang menghasilkan limbah dengan kandungan tinggi
seperti: industri tekstil, batik, dll.
Contoh : arang
aktif, zeolit, batu karang dll
V. Unit Resirkulasi
Sistem resirkulasi
dengan skala laboratorium bisa dibuat sesuai dengan kebutuhan dan lahan yang
ada. Adapun komponen-komponen yang minimal ada untu sebuah sistem resirkulasi
adalag sbb:
1. Satu bak/gentong sebagai tempat filter yang akan disedot
oleh pompa untuk dialirkan ke
2.
akuarium
yang berukuran 40 X 50 X 40 cm.
3.
Pompa
untuk mengalirkan air dari bak filter ke akuarium
4.
Filter (bioboll,
karang, zeolit dll)
Sebelum digunakan
resirkulasi didiamkan selama tujuh hari untuk menjalankan system biofilter.
Kerja biologi bisa ditandai setelah adanya akumulasi anntara ammonia nitrat dan
nitrit selama kurang lebih 14 hari. Setelah sistem berjalan ikan bisa ditebar
dan budidaya bisa dilaksanakan
Gambar 1. Skema unit resirkulasi
Keterangan Gambar 1.:
1.
AQ : akuarium
DAFTAR PUSTAKA
Dwijoseputro. 1986.
Mikrobiologi. UI Press. Jakarta.
Lay, W dan Hastowo. 1992.
Analisis Mikroba di Laboratorium. Raya Grafindo Persada. Jakarta.
Louis A. Helfrich and
G. Libey. 1991. Fish Farming in Resirculating Aquaculture Sistems (RAS).
Departement of Fisheries and Wildlife Sciences.
Mara, D.D. 1993. Wastewater Treatmen.t in Hot
Climate, In R. Feachem, M. McGany and D. Mara (Ed). Water, Wastes and Health in Hot Ciimate. John Wiley
& Sons. Chichester.
Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2003. Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik. http://www.menlh.go.id [2 April 2007]
Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. http://www.menlh.go.id
[2 April 2007]
Metcalf and Eddy. 1991. Wastewater Engineering:
Collection, Treatment, Disposal. McGraw-Hill Book Publishing Company Ltd. New York.
Ryadi, S. 1984. Pencemaran Air : Dasar-dasar dan
Pokok-pokok Penanggulangannya. Penerbit Karya Anda. Surabaya.
Sekretariat Negara
Negara Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar