Kekayaan ekosistem terumbu karang dan
letaknya yang dekat dengan hunian manusia (wilayah pesisir) menyebabkan tekanan
dari berbagai kegiatan untuk mengeksploitasi sumberdayanya. Beberapa penyebab
kerusakan terumbu karang diantaranya adalah penambangan batu karang,
penangkapan ikan tidak ramah lingkungan (muroami, bahan peledak, bahan kimia
beracun), pencemaran, sedimentasi, dan juga perubahan iklim global (kenaikan
suhu perairan). Kerusakan terumbu karang akan menyebabkan ekosistem tersebut
tidak dapat memenuhi fungsinya, baik sebagai pelindung pantai maupun tempat
berlindung, mencari makan, bertelur, dan asuhan berbagai jenis biota laut. Salah
satu rumusan kebijakan nasional pengelolaan terumbu karang adalah mengupayakan
pelestarian, perlindungan, perbaikan/rehabilitasi dan peningkatan kualitas
ekosistem terumbu karang bagi kepentingan seluruh masyarakat yang kelangsungan
hidupnya bergantung pada eksploitasi sumber daya alam yang terkandung di
dalamnya.
Tujuan dari pengembangan terumbu buatan
adalah menyediakan habitat buatan yang diharapkan mempunyai fungsi ekologis
seperti terumbu karang alami, diantaranya adalah :
·
Sebagai daerah pemijahan (spawning ground), daerah
asuhan (nursery ground), dan daerah mencari makan (feeding ground)
bagi ikan.
·
Pengikat polip karang, sehingga dapat tumbuh dan
berkembang.
·
Menjaga keseimbangan siklus rantai makanan
·
Meningkatkan keanekaragaman hayati laut
·
Meningkatkan stok ikan
·
Melindungi pantai dan ekosistem pesisir dari hempasan
gelombang
Rincian dan aplikasi teknis/persyaratan teknis:
a.
Pemilihan Bahan
· Bahan terumbu
buatan dipertimbangkan untuk hasil yang akan diperoleh dalam jangka waktu
panjang
· Terbuat dari material
yang mengandung karbonat, sehingga menyerupai terumbu karang, dan tepat untuk
pertumbuhan karang
· Mudah dibentuk
sesuai dengan organisme sasaran, dan mudah disusun untuk efisiensi biaya.
· Bobot dan daya
cengkeram kuat untuk mencegah penyapuan karena arus dan gelombang
b.
Pemilihan Lokasi
Pemilihan
lokasi untuk pemasangan terumbu buatan harus mempertimbangkan kondisi
lingkungan (fisik, kimia, dan biologi), sosial ekonomi budaya, serta faktor
penunjang lainnya. Kondisi lingkungan akan berpengaruh tinggi rendahnya
produktivitas primer di perairan. Dahuri (2003) menyatakan bahwa tingginya
produktifitas perairan akan memungkinkan perairan ini sering merupakan tempat
pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery ground)
dan mencari makan (feeding ground) dari kebanyakan ikan.
Beberapa
persyaratan lainnya yang harus dipertimbangkan dalam pemiliha lokasi :
Ø Lingkungan Fisik :
-
Dasar perairan memungkinkan untuk berlangsungnya
proses-proses dekomposisi bahan organik dan siklus hara.
-
Arus dan gelombang tidak kuat sekali, sehingga tidak
dapat merusak terumbu buatan.
-
Kecerahan diperlukan untuk penetrasi cahaya ke dalam air
dan terjangkau oleh indra organisme.
-
Suhu pada kisaran 28 – 30 oC, yang
memungkinkan organisme melangsungkan aktifitas metabolisme secara normal
-
Kedalaman yang optimum untuk terumbu buatan berkisar
antara 15–20 meter, sehubungan dengan keamanan, kemudahan peletakan dan
pemanfaatan.
-
Topografi dasar perairan dengan kemiringan maksimal 30odan
luas, supaya daya cengkeram terumbu kuat dan mudah dalam penyusunan.
-
Tekstur dasar batuan, keras dan kandungan lumpur sedikit,
tidak lebih dari10 %.
-
Geomorfologi jauh dari muara sungai, karena aliran sungai
menyebabkan pelumpuran pada areal terumbu buatan yang dapat mengurangi efektifitasnya.
-
Jarak dari terumbu karang alami kurang lebih 1 km. Pada
jarak ini fungsi terumbu buatan tidak meredistribusikan ikan dari terumbu
karang alami, tetapi menyediakan habitat baru bagi ikan-ikan yang ada di
sekitarnya serta masih memungkinkan penempelan spora biota karang dari terumbu
karang alami. Daerah jelajah ikan-ikan demersal diperkirakan tidak lebih dari
300 meter.
Ø Lingkungan Kimiawi
-
Fosfat dan nitrat, adalah unsur hara utama yang digunakan
oleh tumbuhan pengasil makanan dalam laut, berperan dalam menjaga kesuburan
perairan.
-
Oksigen terlarut, berfungsi untuk proses pembakaran yang
menghasilkan energi yang digunakan untuk kehidupan berbagai organisme, kadar
optimum 4 – 8 ppm.
-
Salinitas, optimum pada kisaran 32 – 35 ppt
-
Carbonat dan silikat, berguna untuk pembentukan kerangka
organisme terumbu karang.
Ø Lingkungan Biologi
-
Kelimpahan plankton, berfungsi sebagai produsen primer
yang menyediakan pakan dan menjaga kelangsungan siklus energi.
-
Orientasi organisme, menentukan akan respon oganisme
terhadap terumu buatan. Orientasi ini bisa mengikuti gerak arus, sehingga
peletakan terumbu buatan yang baik memotong arus. Ada beberapa sifat orientasi
organisme, yaitu geotaxykala, thigmotaxy, fototaxy, chemotaxy dan rheotaxy.
Sifat orientasi menyebabkan ada 3 kelompok ikan dalam menanggapi terumbu
buatan, yaitu tanggapan kuat, seperti ikan murai, gobi dan flounder, tanggapan
sedang, seperti kerapu, bayeman dan lencam serta sifat lemah, seperti ikan
belanak dan makerel.
-
Biomassa organisme, adanya populasi ikan juga akan
menentukan keberhasilan pengumpulan ikan oleh terumbu buatan.
-
Interaksi organisme, hubungan sesama organisme penting
dalam menentukan lokasi terumbu buatan karena keberadaan suatu organisme dapat
mengurangi atau memicu organisme lain untuk menghuni terumbu buatan.
Ø Kondisi Sosial - Ekonomi dan Budaya
-
Kebutuhan penduduk merupakan faktor penting untuk
menentukan skala prioritas yang dibutuhkan penduduk sehingga keberadaan terumbu
buatan dapat dimanfaatkan sesuai dengan apa yang diperlukan penduduk. Hal ini
akan menentukan jenis terumbu yang akan dibuat dan diperuntukkan untuk sektor
yang mana.
-
Keikut sertaan penduduk atau kepedulian akan memperoleh
hasil yang maksimal.
-
Kebiasaan penduduk akan menentukan langkah-langkah pengawasan
dan pengelolaan terumbu buatan yang tepat sesuai dengan kebiasaan penduduk
setempat. Sebelum penempatan terumbu buatan, sebaiknya mempertimbangkan tata
ruang daerah, yaitu peruntukan wilayah yang sudah direncanakan dan mengevaluasi
kembali kecocokannya, sehingga konflik antar sektor dapat dihindari.
-
Dekat dengan perkampungan nelayan, sehingga memudahkan
dalam pelaksanaan pembuatan, pemanfaatan hasil dan pengawasan.
Ø Faktor Penunjang
-
Aksesibilitas, memudahkan transportasi pengangkutan
bahan-bahan terumbu buatan ke lokasi penempatan. Kemudahan pencapaian lokasi
juga memudahkan kunjungan bagi yang berkepentingan.
-
Sarana, terdapatnya sarana di lokasi terpilih dapat lebih
mensukseskan pemasangan terumbu buatan.
-
Sumber daya manusia sangat menentukan keberhasilan dan
alih teknologi.
c.
Desain,
Konstruksi, dan Konfigurasi
-
Terumbu buatan dapat terdiri dari beberapa unit dengan
volume total maksimal 2.000 m3dan minimal 400 m3untuk memperoleh nilai
ekonomis.
-
Profil yang baik secara horisontal, sesuai dengan
distribusi ikan yang pada umumnya horisontal
-
Resolusi pandangan mata ikan rendah, sehingga warna yang
baik adalah hitam
-
Konstruksi hendaknya fleksibel, stabil, kontabilitas dan
adaptabilitas yang baik
-
Untuk menambah daya tarik ikan diperlukan konfigurasi
yang tepat untuk membangun satu unit terumbu buatan. Jarak antar unit terumbu
buatan sebaiknya 10 -50 meter. Kumpulan unit terumbu buatan membentuk kelompok,
dengan jarak antar kelompok 200 m. Kelompok terumbu buatan secara bersamaan
membentuk wilayah, dengan jarak antar wilayah terumbu buatan disarankan 600 m.
d.
Monitoring dan Evaluasi
Monitoring
dan evaluasi pada proses suksesi ekologi pada terumbu buatan dilakukan untuk
mengukur kemajuan yang terjadi dari proses rehabilitasi habitat dan pemulihan
sumber daya ikan. Kegiatan ini menjadi bagian integral dari kegiatan rehabilitasi
habitat sebagai suatu cara untuk menyediaakan informasi atau benchmark
yang dibutuhkan untuk memformulasi suatu keuntungan yang lebih besar dan
memperkecil dampak buruk yang timbul.
e.
Rincian Teknologi
-
Terumbu buatan tersusun dari beton (rangkaian besi yang
dicor dengan bahan pasir dan semen) berbentuk kubus berongga dengan ukuran yang
efektif adalah kubus (60 x 60x 60) cm dan tebal 10 cm.
-
1 unit terumbu buatan disusun dalam formasi piramida,
terdiri dari 73 buah kubus berongga, dengan susunan 3 buah di lapisan atas, 9
dan 25 buah buah tersusun dilapisan
ke
dua dan ke tiga dari permukaan, dan 36 buah pada lapisan dasar. Volume tiap
unit kurang lebih 13 m3
- Pengikat antar
beton kubus berongga untuk membentuk 1 unit terumbu buatan dan agar tidak mudah
tercerai-berai maka perlu diikat dengan menggunakan tali polyethylene.
- Lokasi penempatan
terumbu buatan dekat dengan perkampungan nelayan, sehingga pelaksanaan pembuatan,
penempatan, pemanfaatan hasil dan pengawasan dapat dilakukan oleh masyarakat
itu sendiri.
Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan KKP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar