Langkah terakhir yang dilakukan dalam pembuatan tepung ikan adalah penggilingan untuk memecahkan gumpalan-gumpalan atau partikel dari tulang dan dilakukan pengemasan tepung ikan untuk selanjutnya dilakukan penyimpanan di dalam silo. Dari tempat industri pengolahan tepung ikan, tepung ikan yang sudah siap jual kemudian ditransportasikan.
Kegiatan penggilingan tepung ikan |
MUTU TEPUNG IKAN
Tepung ikan yang bermutu baik harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: butiran-butirannya agak seragam, bebas dari sisa-sisa tulang dan benda-benda asing lainnya (Moeljanto dalam Taufik, 1996). Tepung ikan yang baik adalah tepung ikan yang berkadar protein tinggi yaitu diatas 60% dan mengandung kadar lemak rendah antara 3%-7%. Lemak yang terlalu tinggi akan mengakibatkan tepung ikan mudah tengik sehingga menyebabkan mutu pakan rendah. Tepung ikan yang memenuhi syarat di atas adalah tepung ikan rucah yaitu dapat menyamai tepung ikan impor (Puspitasari, 2005).
Menurut Murtidjo (2001), sesuai standar kualitas FAO, maka tepung ikan yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Tepung ikan harus merupakan partikel-partikel yang dapat melewati saringan Tyler nomor 8.
- Tepung ikan memiliki warna terang, keputihan, abu-abu, sampai cokelat muda.
- Tepung ikan memiliki kandungan protein lebih dari 50%.
- Tepung ikan memiliki kandungan lemak 2,5%-5%.
- Tepung ikan memiliki kandungan air sekitar 6%.
Tepung ikan |
Mutu tepung ikan yang dihasilkan dengan cara konvensional mudah untuk dikontrol, karena semua tahap-tahap pengolahan dan kondisinya dapat diatur dengan baik. Pada metode konvensional juga dapat dihindarkan adanya penundaan yang terjadi di antara tahap-tahap pengolahan yang biasanya terjadi pada cara sederhana (Ilyas, dkk., 1985).
Menurut kompiang (1985), tepung ikan digunakan dalam ransum pakan berfungsi sebagai sumber protein/asam amino essential, oleh karena itu persyaratan yang harus dipenuhi antara lain:
- Kadar protein yang tinggi dan mudah dicerna, dimana kesediaan asam amino tinggi.
- Kadar air tidak melebihi 10%.
- Kadar lemak tidak melebihi 8% dan penambahan antioksidan sangat dianjurkan.
- Bebas dari kontaminasi, terutama jamur, bakteri-bakteri penyebab penyakit.
Pengolahan tepung ikan dengan cara konvensional mutunya lebih baik dibandingkan dengan mutu tepung ikan yang diolah dengan metode semi konvensional maupun cara tradisional, sebab cara konvensional menghasilkan tepung ikan yang kadar proteinnya lebih tinggi dan kadar lemaknya lebih rendah. (Erlina, dkk., 1988).
Sumber : Modul Pembuatan Tepung Ikan dan Pemanfaatannya, BPPP Tegal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar