Kita telah mengetahui bahwa pembusukan ikan terutama disebabkan oleh
enzym dan bakteri. Oleh karena itu untuk mencegah pembusukan, akan
sangat efektif bila kedua penyebab utama itu disingkirkan dari ikan,
dibunuh, dan dicegah kedatangan penyebab lain yang berasal dari luar.
Pembusukan itu sendiri bagaimana pun tidak dapat dicegah atau dihindari.
Sampai saat manusia baru berhasil untuk memperlambat atau menunda
proses pembusukan itu.
Usaha terbaik yang dapat dilakukan untuk mempertahankaan mutu ikan terhadap pembusukan adalah sebagai berikut:
Bakteri terdapat pada bagian kulit
dan terutama sekali pada insang dan isi perutnya sedangkan enzim pada
daging dan sebagian besar pada perutnya. Jika setelah ditangkap dibuang
isi perutnya dan insangnya serta kemudian dicuci bersih, dihilangkan
lendir-lendirnya maka berarti sebagian besar bakteri dan enzim telah
dibuang.
2. Membunuh sisa-sisa bakteri dan enzim atau sekurang-kurangnya menghambat kegiatannya.
Bakteri yang tertinggal pada ikan dapat diperangi dengan berbagai cara yang pada dasarnya dapat dibagi dalam 5 kategori:
- Penggunaan zat-zat anti septic
- Penyinaran atau irradiasi
Untuk dapat hidup dengan baik, bakteri memerlukan suhu tertentu, tergantung dari jenisnya. Ada tiga macam bakteri berdasarkan pertahanannya terhadap suhu seperti pada tabel berikut :
Kisaran suhu bagi kehidupan bakteri |
Air merupakan kebutuhan yang pokok bagi pertumbuhan bakteri.
Bakteri selalu menyerap makanannya dalam bentuk larutan, dan untuk itu diperlukan air. Jadi dalam suasana kering, bakteri tidak akan dapat makan sehingga akan mati. Atas dasar inilah maka ikan dapat diawetkan dengan mengurangi kadar airnya, yaitu dengan cara:
- Pengeringan dengan udara (Drying)
- Osmose (penggunaan garam)
- Pemasakan (perebusan, pengukusan, pengetiman)
- Pengeringan dengan pembekuan pada ruang hampa ( vacuum freeze drying).
Beberapa zat kimia seperti asam cuka, klor (kaporit), Aureonmycin, asam benzoat, natrium benzoat, dll, sangat efektif dipakai untuk membunuh kuman bakteri dan menghentikan enzym. Zat-zat tersebut dapat dipakai untuk mengawetkan ikan dalam batas-batas tertentu.
Pengawetan tidak akan banyak berarti jika ikan yang telah diawetkan tidak dilindungi dari penyebab kerusakan baru yang datang dari luar ikan. Kerusakan ini bermacam-macam pada ikan olahan dan hasil olahannya, antara lain:
- Pembusukan akibat pencemaran bakteri dari air, pembungkus, dari ikan lain, dan sebagainnya.
- Oksidasi lemak yang menimbulkan bau tengik,
- Kerusakan-kerusakan fisik karena serangga, jamur, kecerobohan dalam penanganan, dan sebagainya.
Untuk melindungi ikan terhadap kerusakan-kerusakan ini kita harus menyelenggarakan sanitasi dan hygiene yang baik dalam proses penanganan, melakukan pembungkusan / pengepakan yang baik, serta usaha-usaha proteksi yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar