Sisik secara umumnya berarti semacam lapisan kulit yang keras dan
berhelai-helai, seperti pada ikan, ular atau kaki ayam. Dalam ilmu
botani, sisik digunakan pula untuk menyebut dedaunan kecil yang tidak
hijau, seperti yang terdapat pada kuncup atau batang yang termodifikasi.
Sisik Ikan |
Dalam ilmu zoologi, sisik (Ingg. scale, Gr. lepid, dan Lat. squama)
umumnya merujuk kepada keping-keping kecil yang kaku, yang tumbuh di
kulit binatang sebagai pelindung tubuhnya. Misalnya pada ikan, kadal
atau ular. Kupu-kupu juga memiliki sisik, yakni keping-keping amat kecil
di atas sayapnya, yang mudah rontok dan berfungsi untuk membentuk pola
warna di atas sayap tersebut.
Sisik-sisik pada hewan, secara struktur umumnya merupakan bagian dari sistem integumen, yakni penutup luar tubuh binatang.
Ikan merupakan salah satu hewan yang memiliki sisik, namun kita jarang
sekali mengetahui kegunaan dari sisik yang menempel pada tubuh ikan
tersebut.
Ada beberapa macam sisik ikan yang dikenal, yakni:
- Sisik kosmoid (cosmoid)
yang sesungguhnya hanya dijumpai pada ikan-ikan bangsa Crossopterygi
yang telah punah. Sisik ini berlapis-lapis, di mana lapisan terdalam
terbangun dari tulang yang memipih. Di atasnya berada selapis tulang
yang berpembuluh darah, dan di atasnya lagi, selapis bahan serupa email
gigi yang disebut kosmin (cosmine). Kemudian di bagian terluar terdapat
lapisan keratin. Ikan coelacanth memiliki semacam sisik kosmoid yang
telah berkembang, yang kehilangan lapisan kosmin dan lebih tipis dari
sisik kosmoid sejati.
Ikan Coelacanth merupakan salah satu ikan yang memiliki sisik kosmoid - Sisik ganoid ditemukan pada ikan-ikan suku Lepisosteidae dan Polypteridae. Sisik-sisik ini serupa dengan sisik kosmoid, dengan sebuah lapisan ganoin terletak di antara lapisan kosmin dan enamel. Sisik-sisik ini berbentuk belah ketupat, mengkilap dan keras.
Sisik Ganoid - Sisik plakoid dimiliki oleh ikan hiu dan ikan-ikan bertulang rawan lainnya. Sisik-sisik ini memiliki struktur serupa gigi.
Sisik Plakoid - Sisik leptoid didapati pada ikan-ikan bertulang keras, dan memiliki dua bentuk. Yakni sisik sikloid (cycloid) dan ktenoid (ctenoid).
- Sisik-sisik sikloid memiliki tepi luar yang halus, dan paling umum ditemukan pada ikan-ikan yang lebih primitif yang memiliki sirip-sirip yang lembut. Misalnya adalah ikan-ikan salem dan karper.
Sisik Sikloid - Sisik-sisik ktenoid bergerigi di tepi luarnya, dan biasanya ditemukan pada ikan-ikan yang lebih ‘modern’ yang memiliki sirip-sirip berduri.
Sisik Ktenoid
Sejalan dengan pertumbuhannya, sisik-sisik sikloid dan ktenoid terus
bertambah lingkaran tahunnya. Sisik-sisik ini tersusun di tubuh ikan
seperti genting, dengan arah menutup ke belakang. Dengan demikian
memungkinkan aliran air yang lebih lancar di sekeliling tubuh dan
mengurangi gesekan.
Sisik pada ikan merupakan bagian yang penting dan perkembangan yang
istimewa untuk evolusi pada ikan. Meskipun belum banyak diketahui secara
dekat, beberapa jenis ikan telah berubah sisiknya menjadi lebih keras
seperti tulang.
Sisik sangat berguna bagi ahli ichtyologi dalam pekerjaan identifikasi.
Sering bahwa sebuah sisik sudah cukup untuk mengklasifikasikan seekor
ikan, paling tidak hingga famili dimana dia termasuk di dalamnya.
Perhitungan jumlah sisik merupakan alat Bantu lain yang terbukti berguna
dalam taksonomi.
Sisik dari banyak species ikan dapat digunakan untuk menaksir umur ikan.
Lingkaran dasar sebagaimana terdapat pada batang pohon, terbentuk
setiap tahun sejalan dengan tumbuhnya ikan dan sisiknya berkembang
bersama dengan itu.
Warna indah dari banyak ikan juga berasal dari sisik ikan tersebut.
Warna cemerlang bergantung pada pemantulan cahaya secara fisik, yang
meningkatkan pengaruhnya pada warna yang dipantulkan kembali kepada yang
melihatnya, dari pigmen-pigmen gelap di bawah kulit ikan tersebut.
Perubahan warna memegang peranan penting sebagai sinyal dalam tingkah
laku ikan., dan dapat digunakan untuk persembunyian dan kamuflase. Dalam
perubahan warna ini telah ditemukan dua mode cara kontrol. Mode pertama
adalah pengaruh hormonal yang berpusat di pituitary, yang mengeluarkan
hormon-hormon yang umumnya berkenaan dengan penguatan warna. Adrenalin
menumpahkan epinephrine, yang mempunyai pengaruh pada penumpukan
melanopora dan dengan demikian menyebabkan warna ikan menjadi pucat.
This is typical fright response. Mode ke dua adalah kontrol syarat. Dua
set ujung syarat antagonik berakhir pada kromatophora-kromatopora.
Sumber : Buku Tingkah Laku Ikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar